Di samping produktivitasnya yang tinggi, rendemen minyak kasar kernel kemiri sunan dapat mencapai lebih dari 50 persen dengan rata-rata angka asam lemak bebas cukup rendah.
Kemiri Sunan memiliki perakaran yang dalam dengan tajuk yang lebar, dan dapat tumbuh di lahan marjinal dan beriklim kering seperti Nusa Tenggara Timur, sehingga bisa difungsikan sebagai tanaman rehabilitasi dan konservasi, serta mampu menyerap karbon dalam jumlah yang cukup tinggi.
Baca Juga:
Pangkas 145 Regulasi, Kebijakan Distribusi Pupuk Langsung Ke Petani Dinilai Tepat
Tak hanya itu, kemiri sunan juga mampu mereklamasi lahan-lahan bekas tambang. Produk turunan dari pengolahan minyak nabati kemiri sunan akan menghasilkan gliserol, asam lemak bebas, terpentin, dan bahan oleokimia lainnya yang bernilai ekonomi tinggi.
Kemiri sunan juga termasuk non-edible dan mengandung racun yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pestisida nabati.
Sebagai contoh, biotris, merupakan pestisida nabati berbahan dasar kemiri sunan hasil temuan peneliti Balittri yang dapat digunakan sebagai pengendali hama penggerek buah kakao.
Baca Juga:
Kementerian PU Sinergi dengan Kementerian Pertanian, Targetkan 1 Juta Hektar Lahan Teraliri Irigasi
Tak hanya itu, inovasi Balittri dalam pengembangan bahan bakar nabati adalah alat reaktor biodiesel multifungsi.
Kelebihan reaktor itu mampu memproses minyak nabati dengan kadar asam lemak bebas yang cukup tinggi.
Penggunaan mesin prosesing biodiesel itu dapat menghasilkan kualitas biodiesel yang memenuhi standar SNI.