"Artinya sudah punya modal sosial untuk maju capres-cawapres, sudah punya legasi dan record. Penjabat di DKI jakarta memang sebagai modal untuk berkontestasi di level nasional," tambah dia.
Meski demikian, Karyono mengatakan PDIP harus melihat pelbagai faktor untuk memutuskan kedua nama itu sebelum memutuskan Cagub DKI definitif. Baik dari sisi rekam jejak maupun elektabilitas tiap kadernya. Sebab, masyarakat di DKI Jakarta sendiri dinilai pemilih rasional.
Baca Juga:
Mata Pelajaran AI dan Aoding, Disebut Mendikdasmen Bakal Diajarkan Mulai Kelas 4 SD
"Tapi tergantung dinamika berkembang beberapa waktu ini. Apakah pertimbangan elektabilitas. Siapa dua kader itu yang punya probabilitas menang. Mana yang lebih tinggi elektabilitas Dari situ bisa dibaca dan di prediksi seberapa besar memenangkan kontestasi," kata Karyono.
Peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Raharjo Jati mengatakan PDIP kemungkinan sudah mempersiapkan skenario kedua tokoh itu untuk maju sebagai Capres di Pemilu 2029 mendatang.
Baginya, tokoh yang bisa menguasai Jakarta kemungkinan besar dapat menjadi pemimpin nasional.
Baca Juga:
Gibran Terima Keluhan Publik, Hadirkan Posko Pengaduan dan Nomor WA Khusus
"Karena lagi-lagi Jakarta jadi barometer politik Indonesia. Bila menguasai Jakarta bisa jadi pemimpin masa depan. Nah makanya dipersiapkan dari sekarang dengan menyiapkan dua kandidat itu," kata Wasisto.
Wasisto mengatakan baik Gibran dan Risma masuk dalam tahapan suksesi PDIP ke depan. Suksesi itu berguna untuk mempertahankan posisi PDIP mempertahankan kekuasaan.
Khusus untuk Gibran, kata Wasis, terus didorong oleh PDIP mengisi jabatan yang lebih tinggi selagi Jokowi masih berkuasa sebagai Presiden.