Maknanya adalah banyak nutrisi pada biomassa berujung menjadi sampah karena pengelolaannya kurang baik.
Pengelolaan sampah pasar organik secara terbuka membuat cairan nutrisi dari biomassa hilang lalu mencemari lingkungan terutama perairan. Sampah pasar organik yang diolah menjadi kompos sejatinya tinggal menyisakan bahan-bahan yang sudah minim nutrisi.
Baca Juga:
Lahan Tandus, Panen Minim, Pupuk Kimia Mahal: Nasib Masyarakat Sawit Swadaya Bandar Petalangan Riau
Tentu kompos tersebut tetap berguna diberikan ke dalam tanah, tetapi sebagai pemasok nutrisi kandungannya sangat rendah. Kompos tersebut hanya memperbaiki sifat fisika tanah.
Pengolahan sampah pasar organik yang baik adalah sistem tertutup yang dimulai dengan pemilahan serta menampung cairan dari biomassa yang mengandung nutrisi. Cairan nutrisi tersebut dapat menjadi pupuk cair atau dicampurkan kembali dengan kompos asal bahan organik padat yang telah jadi.
Kedua, pasokan pupuk anorganik dapat dilengkapi dengan pupuk anorganik yang tersedia di sekitar tanah air.
Baca Juga:
Satumar: Puskud Riau Kunker Demplot Petani Sawit Bengkalis
Dr. Kusumo Nugroho, mantan peneliti tanah dari Kementerian Pertanian, menawarkan alternatif pemupukan dengan stonemeal alias debu batu atau tepung batu yang kaya fosfor, kalsium, magnesium, kalium, dan mikronutrien lainnya.
Caranya, batuan yang kaya unsur tersebut dihaluskan menjadi tepung agar dapat berinteraksi dengan tanah sehingga berperan menjadi pupuk.
Menurutnya, banyak penelitian mengungkap stonemeal memberi banyak keuntungan ekonomi dan lingkungan pada pertanian jagung, padi, singkong, tebu, buah dan sayuran dibanding pemupukan konvensional.