Tekanan krisis global itu dirasakan oleh semua negara baik negara lemah, negara berkembang maupun negara maju termasuk Indonesia. Beruntung sektor pertanian Indonesia memiliki rekam jejak yang baik ketika Indonesia menghadapi tekanan COVID-19.
Sektor pertanian tetap tumbuh positif meskipun sektor lainnya negatif. Pengalaman itu hendaknya menjadi modal para praktisi pertanian untuk tetap optimistis menghadapi 4 tekanan tersebut.
Baca Juga:
Lahan Tandus, Panen Minim, Pupuk Kimia Mahal: Nasib Masyarakat Sawit Swadaya Bandar Petalangan Riau
Tiga Strategi
Tulisan ini hanya menyoroti kelangkaan pupuk yang mungkin terjadi di masa depan dalam waktu dekat. Paling tidak terdapat 3 strategi yang dapat dilakukan agar Indonesia tetap tangguh menghadapi kelangkaan pupuk.
Dengan 3 strategi tersebut Indonesia sebetulnya tidak perlu terlalu tergantung pada sumber-sumber pupuk di luar negeri.
Baca Juga:
Satumar: Puskud Riau Kunker Demplot Petani Sawit Bengkalis
Pertama, kelangkaan pupuk anorganik dapat disiasati dengan memanfaatkan sumber-sumber pupuk alternatif seperti pupuk organik dan pupuk anorganik lokal.
Kehilangan nutrisi tanah paling besar terjadi karena biomasa seperti bunga, buah, daun, cabang, batang, dan akar yang terangkut panen. Pemberian pupuk ke tanah bertujuan untuk mengembalikan nutrisi yang hilang dari tanah karena terbawa panen.
Biomasa dari lahan kemudian diangkut saat panen ke pasar untuk kemudian didistribusikan pada konsumen. Di pasar sebagian biomasa menjadi sampah pasar karena proses sortir untuk memilih hasil panen yang baik saja yang dijual pada konsumen.