WahanaNews.co | Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) tengah mengkaji peta jalan transisi energi menuju netral
karbon di sektor energi pada 2050, meski belum disepakati secara nasional.
Pada simulasi peta jalan (roadmap)
itu, disebutkan bahwa dalam lima tahun mendatang pemerintah
akan fokus memenuhi target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025.
Baca Juga:
Pertumbuhan Tinggi, Dirjen ESDM: Masalah Over Supply Listrik di Jawa-Bali Akan Teratasi
Dalam
periode itu, pemerintah juga akan fokus mengejar pencapaian rasio elektrifikasi
100 persen, serta penyelesaian program 35.000 megawatt (MW) dan fast track program (FTP) I 6.000 - 7.000 MW.
"Dalam
periode 2021-2025, kami berharap program 35.000 MW dan FTP I sudah bisa
selesai, sehingga tidak ada lagi penambahan pembangkit fosil, khususnya batu
bara setelah 2025," kata Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE Kementerian ESDM,
Harris, dalam sebuah webinar, Jumat (9/7/2021).
Kemudian, pada
periode 2026-2030, pemerintah akan menggenjot pemanfaatan EBT, khususnya
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
Baca Juga:
Tarif Listrik Triwulan IV Tidak Naik, PLN Jaga Pelayanan Listrik Tetap Andal
Menurutnya,
pengembangan PLTS akan diutamakan karena memiliki keunggulan dari sisi harga
yang sudah semakin turun dan waktu konstruksi yang paling cepat dibandingkan
dengan pembangkit EBT lainnya.
Pada
periode ini, pemanfaatan kendaraan listrik dan kompor listrik juga akan
dimaksimalkan untuk menekan impor minyak dan gas, serta untuk meningkatkan
konsumsi listrik agar dapat menyerap pasokan listrik yang saat ini berlebih.
Pemerintah
menargetkan penggunaan kendaraan listrik dapat mencapai 2 juta unit untuk roda
empat dan 13 juta unit untuk roda dua di 2030.