WahanaNews.co | Jakarta diprediksi akan tenggelam 10 tahun ke depan. Warga Marunda yang berada di pesisir berharap ada solusi agar mereka tetap dapat hidup di sana.
Banyak pihak menyinggung kerentanan wilayah DKI Jakarta untuk tenggelam seiring dengan pemanasan global yang parah.
Baca Juga:
Penjarahan Rusunawa Marunda Polisi Buka Suara
Kepala Environmental Engineering, Universitas Airlangga, Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST., DEA., mengatakan fenomena pemanasan global menjadi penyebab para ahli, ilmuwan, dan akademisi memprediksi DKI Jakarta dan 112 kota di Jawa bagian utara bakal tenggelam pada 2030.
Ia mengatakan secara rasionalitas pemanasan global ini tidak dapat terelakkan dan memiliki efek yang sangat banyak.
"Salah Satu efek yang sangat dirasa oleh masyarakat dunia terkait dengan pemanasan global adalah perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan temperatur air laut sehingga menyebabkan muka air laut relatif mengembang dan memiliki volume banyak," katanya seperti dikutip dari laman unair, Selasa (19/10/2022).
Baca Juga:
Prediksi Susunan Pemain Metro Muda vs Tunas Mekar Jelang Laga 16 Besar Sore Ini
Selain pemanasan global, pemakaian air tanah memicu penurunan muka tanah sehingga potensi daratan tenggelam itu makin besar.
"Awalnya permukaan tanah turun kemudian permukaan air lautnya naik. Nah, kombinasi inilah yang menyebabkan sebagian kota itu akan tenggelam," katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin. Arief menjelaskan sekitar 90 persen wilayah Jakarta diprediksi tenggelam, khususnya bagian utara pada 2050.
"Itu akan bisa juga kemudian tenggelam karena budaya atau kemudian penggunaan air yang kemudian tidak segera diselesaikan dan terus mengambil air dari tanah yang memang semakin seeking pastinya," katanya.
"Dari kecil namanya banjir rob sudah terbiasa, karena memang setiap bulan-bulan tertentu akan naik air laut," kata Kusnadi yang merupakan pengurus Masjid Al Alam Marunda.
Hanya saja saat ini banjir rob yang melanda permukiman Marunda itu menimbulkan efek tidak nyaman untuk kesehatan. Ini karena air laut yang kotor karena sampah dan limbah pabrik.
"Kalau dulu airnya bersih. Sekarang karena banyak penduduk, air got tidak mengalir dan banjir di laut banyak limbah naik ke darat, akhirnya kaki gatal-gatal," ujarnya.
Sementara itu, pemilik warung di Pantai Marunda, Ruwinda memaparkan bahwa ia sudah terbiasa dengan banjir rob. Akan tetapi prediksi Jakarta tenggelam ini membuatnya was-was juga.
"Kalau ada banjir rob biasa saja. Kalau mati tenggelam, itu tergantung sama kehendak yang di atas. Ada sih ketakutan (Jakarta tenggelam) tapi nggak mau terlalu takut juga, mencoba biasa saja," ia memaparkan.
Tanda-tanda Jakarta Tenggelam ini juga telah ia rasakan. Salah satunya terlihat dari Masjid Wal Adhuna di Muara Baru yang telah tenggelam. Ruwinda hanya berharap saat ini tanggul yang dibuat pemerintah masih kuat menahan masuknya air laut.
Di sisi lain, Kusnadi yang sudah puluhan tahun menetap di Marunda berharap pemerintah dan para ahli punya solusi untuk prediksi ini.
"Harapannya sebagai warga negara, penduduk bangsa Indonesia, ini para ahli yang meneliti jadi para ahli yang menanggulangi. Masyarakat tahunya kita hidup saja, mikirin hidup saja susah. Tolong bikin tenang penduduk. Pemerintah mudah-mudahan bisa menanggulangi yang jadi perkiraan para pakar itu," katanya.[zbr]