Lulus pada tahun 1936, ia mengabdi sebagai guru di HIS Pematang Siantar dan kemudian menjadi kepala sekolah kepandaian putri setelah kemerdekaan Indonesia.
Perjuangan di Ranah Sosial dan Politik
Baca Juga:
Mengapa Suku Batak Menjadi Pencetak Sarjana Terbanyak?
Selain berkarier sebagai pendidik, Julia aktif di bidang sosial dan politik. Pada tahun 1950-an, ia menjabat sebagai ketua umum Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI).
Di organisasi ini, ia berjuang keras membangun kesadaran perempuan mengenai kesetaraan hak dan tanggung jawab dalam masyarakat.
Melalui PWKI, Julia turun langsung ke berbagai daerah di Tapanuli, membentuk kelompok-kelompok perempuan, dan memberikan penyuluhan mengenai hak-hak perempuan.
Baca Juga:
Ranking Terbaru! Suku Batak Pimpin Daftar Lulusan Sarjana Terbanyak di Indonesia
Ia berusaha membuka mata para perempuan Batak agar tidak lagi menganggap diri mereka sebagai warga kelas dua yang hanya diukur dari jumlah anak laki-laki yang mereka lahirkan.
Pada Pemilihan Umum 1955, Julia dan PWKI memainkan peran besar dalam kemenangan Partai Kristen Indonesia (Parkindo).
Ia menggalang dukungan perempuan untuk aktif dalam politik, menyuarakan hak-hak mereka, dan menegaskan bahwa perempuan memiliki tanggung jawab yang sama dalam membangun bangsa.