Sekolah juga nantinya bisa memilih untuk mengembangkan kurikulum mereka sesuai dengan karakteristik sekolah tersebut. Menurut Nadiem, kebebasan memilih ini membuktikan bahwa Kurikulum Merdeka tidak akan membelenggu otonomi sekolah.
"Jadinya level otonomi, level kemerdekaan, bagi sekolah, bagi guru, dan bagi peserta didik itu sangat tinggi. Ini bukan kurikulum yang ingin membelenggu sekolah-sekolah. Ini adalah kurikulum yang paling merdeka yang memberikan kemerdekaan kembali kepada sekolah, hak-hak memilih bagi murid, guru, dan sekolah," ucapnya.
Baca Juga:
Pantas Anggota DPR Ngamuk ke Nadiem, Ternyata 17 Sekolah di NTT Mangkrak 2 Tahun
Selain kebebasan memilih, Kurikulum Merdeka juga memberikan pelaksanaan pembelajaran yang jauh lebih sederhana dan mendalam. Dalam Kurikulum Merdeka, materi ajar akan lebih ringkas sehingga memberikan waktu bagi para guru untuk mendalami materi.
"Bukan kelebaran daripada materi, tapi kedalaman yang menjadi fokusnya. Dan juga dibuat bahasa dari standar pencapaian pun jauh lebih mudah dimengerti," terangnya.
Lebih jauh, Kurikulum Merdeka juga akan memfokuskan siswa pada pembelajaran berbasis proyek (project based). Dengan metode ini, siswa dituntut untuk lebih aktif selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Baca Juga:
Meledak-ledak Saat Semprot Mendikbud Nadiem, Inilah Profil Anggota DPR Anita Jacoba
"Karena ini adalah skill-skill yang akan dibutuhkan anak itu pada saat dia keluar. Dia harus bisa bekerja secara kelompok. Dia harus bisa menghasilkan suatu hasil karya. Dia harus bisa berkolaborasi dan memikirkan hal-hal secara kreatif," paparnya.
Kurikulum Merdeka rencananya mulai berlaku pada 2022-2023. Sekolah akan diberikan kebebasan untuk memilih opsi kurikulum sesuai dengan kesiapan masing-masing.
Opsi pertama, sekolah diperbolehkan menggunakan kurikulum 2013 bila belum merasa nyaman melakukan perubahan.