WahanaNews.co | Boleh jadi, peristiwa ini mungkin takkan pernah bisa dilupakan mantan Panglima Tentara Nasional Indonesia,
Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, sepanjang hidupnya.
Peristiwa ini cukup membuat Jenderal
TNI asal Tegal, Jawa Tengah, itu malu.
Baca Juga:
Sejarah Panser Ferret Legendaris di Tubuh Militer Indonesia
Dan, tak
tanggung-tanggung, kejadiannya pun berlangsung
di hadapan Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi.
Mau tahu, peristiwa
apakah itu?
Begini. Jumat, 16
September 2016, cuaca di Perairan Banongan, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur,
cukup bersahabat.
Baca Juga:
Mengenal Airbus A400M, Pesawat Angkut Militer yang Bakal Dimiliki Indonesia
Sejak pagi, perairan
itu sudah ramai dengan aktivitas prajurit TNI dari berbagai matra, terutama Angkatan
Laut.
Pasukan Pengamanan Presiden
(Paspampres) juga telah hadir.
Bagi TNI Angkatan Laut, hari itu
merupakan peristiwa bersejarah, sebab bertepatan dengan akan
dilangsungkannya puncak dari latihan perang rutin bertajuk Armada Jaya XXXIV
2016.
Ditambah lagi, sesuai rencananya, latihan perang itu bakal disaksikan langsung oleh Presiden RI,
Jokowi, dan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo.
Sebenarnya, yang
paling istimewa lagi, TNI direncanakan akan memamerkan alutsista pertahanan
laut terbaru yang digadang-gadang bakal menambah sangar kekuatan militer Indonesia
di mata dunia.
Alutsista yang bakal dipamerkan itu
yakni peluru kendali anti-kapal bernama rudal C-705.
Rudal ini, sesuai
spesifikasinya, memiliki daya hancur terhadap kapal
musuh yang luar biasa.
Betapa tidak, kapal yang menjadi target tembak
rudal ini diyakini bakal sulit menghindar dan dipastikan hancur, karena daya hancurnya yang mencapai 96 persen.
Singkat cerita, tibalah
Presiden Jokowi dan Panglima TNI di lokasi ujicoba rudal.
Mereka,
didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana
Ade Supandi, langsung menuju podium kehormatan yang telah disediakan di
geladak kapal perang TNI, KRI Banjarmasin.
Acara pun dimulai, pembawa acara mulai
memaparkan dan memperkenal rudal C-705 buatan China yang bakal diujicoba
untuk menghancurkan kapal.
Kapal yang menjadi target rudal
berdaya jangkau 170 kilometer itu adalah KRI Karimata-960.
Armada perang jenis kapal Bantu Umum (BU) ini sudah nongkrong sejauh 55 kilometer dari KRI Banjarmasin dan sudah
rela tenggelam di lautan.
Tiga kapal perang dipersiapkan untuk
melaksanakan peluncuran rudal, yaitu KRI
Clurit-641, KRI Kujang-642, dan KRI Layang-635.
KRI Clurit dan KRI Kujang membawa
rudal C-705, sedangkan KRI Layang dibekali rudal C-805.
Posisi ketiga kapal berjejer memanjang
ke belakang.
Jokowi pun dipersilakan untuk
mengambil alih komando peluncuran rudal.
Dengan senyum khasnya, Jokowi mulai mengikuti arahan untuk melakukan perintah peluncuran
rudal kepada awak KRI Clurit.
Jenderal Gatot tak henti mengembangkan
senyuman, sembari menanti sang rudal berharga Rp 20 miliar
itu terbang dan menghancurkan sasaran.
Presiden mulai memberikan aba-aba dan
komando dengan menggunakan pengeras suara.
"Pasopati satu, di sini Presiden
Republik Indonesia. Laksanakan penembakan rudal," kata
Jokowi, diikuti penghitungan mundur.
"Penghitungan mundur, sepuluh,
sembilan, delapan, tujuh, enam, lima, empat, tiga, dua, satu. Awassss" TEMBAAAK!" kata Jokowi, dengan
nada penuh semangat.
Tapi, apa yang
terjadi, rudal tak kunjung keluar dari moncong peluncurnya, KRI Clurit terlihat
anteng-anteng saja mengambang di perairan.
Situasi mendadak berubah, senyum
Jenderal Gatot bagai tertahan, kepanikan mulai terjadi saat rudal yang
dinanti-nanti tak kunjung menampakkan diri.
Perwira-perwira TNI mulai sibuk grasak
grusuk mencari tahu penyebab rudal yang tak jua ditembakkan.
Jokowi malah tersenyum, sembari melangkah kembali ke podium.
Sedangkan Jenderal Gatot dan KSAL
berbisik-bisik senyap melihat kenyataan yang terjadi.
Pembawa acara juga terdiam, meski
sebelumnya dengan sumringahnya memperkenal bahwa rudal ini bakal mampu menenggelamkan kapal sasaran target dalam waktu kurang
dari empat menit saja.
Setelah mendapat arahan, pembawa acara
mulai buka suara, meminta Presiden, Panglima TNI dan KSAL untuk mengalih
pandang ke KRI Kujang.
Sebab, sesuai rencana, jika KRI Clurit gagal meluncurkan rudal, maka KRI Kujang akan
mengambil alih peluncuran.
Namun, baru saja Jokowi memalingkan
pandang dari KRI Clurit, tiba-tiba dia dikejutkan dengan suara desingan keras
dari KRI Clurit, disertai melesatnya sebuah benda
panjang berwarna putih ke udara, dan meluncur cepat mengarah ke KRI
Karimata.
Ternyata, ada
kendala teknis, sehingga rudal baru bisa diluncurkan
lima menit lebih lambat dari waktu peluncuran yang dijadwalkan.
Walau akhirnya rudal berhasil
menghancurkan sasaran, tapi ketika
itu kegagalan meluncurkan rudal C-705 tepat waktu menjadi sorotan masyarakat.
Tak cuma Indonesia, tapi juga dunia.
Di dalam negeri Jokowi mendadak di-bully, padahal beliau sendiri juga tak tahu bagaimana peristiwa itu
bisa terjadi.
Begitu juga dengan Panglima TNI.
Jokowi juga tak tahu menahu soal
pembelian rudal itu, sebab yang membeli rudal itu Jenderal TNI (HOR) Susilo
Bambang Yudhoyono saat menjabat Presiden RI.
SBY sendiri yang langsung pergi ke
China untuk memborong rudal berhulu ledak 110 kilogram itu.
Dari catatan, SBY memboyong rudal buatan China itu dengan menggelontorkan uang
negara dari APBN 2010.
SBY menandatangani pra-kontrak kerjasama dengan China pada 2012.
Kontrak pembelian diteken setahun
kemudian, tepatnya 1 Maret 2013.
Ketika itu, SBY
memborong 100 unit rudal.
Dengan kesepakatan, 50 unit diproduksi di Indonesia, dan sisanya dibawa dari China.
Entahlah, kenapa
saat itu SBY begitu mengidolakan rudal ini, sehingga
dia kepincut memborong rudal jelajah itu.
Apakah karena harganya murah dari
rudal produksi negara lain, atau memang rudal ini lebih canggih dari rudal
merek lain.
Yang pasti, rudal yang dibeli SBY itu
menjadi peristiwa memalukan di kemudian hari, yang
berimbas pada Jokowi dan Jenderal Gatot. [dhn]