"Cepat atasi di Senen, jangan sampai bakar-bakar," perintah Pangdam. Soegito mencoba meminta kejelasan, apa yang harus dilakukannya. "Terserah Jullie lah," katanya dengan gaya Belanda.
Pasukan pun langsung bergerak ke arah Senen. Ternyata di sana massa sudah berkumpul sangat banyak, berbaur antara mahasiswa dan rakyat. Melihat dinamika di lapangan ini, Soegito segera membagi kekuatannya yang tidak seberapa itu.
Baca Juga:
Luhut: Ada Menteri yang Sudah Ditawari Mundur, Tapi Tak Mundur-mundur
Ada yang tetap di Senen, sementara yang lain disebar ke arah Salemba dan Patung Tani. Memang penumpukan massa terjadi di tiga titik itu.
Dengan mengonsentrasikan pasukannya di tiga titik itu, Soegito berharap bisa melokalisir kerusuhan sehingga tidak merembet ke tempat yang lain. Soegito dengan beberapa anggota dan carakanya mengambil posisi di tengah-tengah, di pertigaan Senen.
Sejumlah banguan terlihat sudah mengepulkan asap. Sore itu Jakarta terasa terlalu cepat gelap karena ditutupi asap kebakaran. Dalam kekacauan itu, tiba-tiba datang seseorang sambil tergopoh-gopoh dengan raut muka pucat.
Baca Juga:
Menko Luhut Sebut Jokowi Bakal Kenalkan Penerusnya ke Pemimpin Dunia
Ia ternyata pemilik showroom mobil Astra, minta tolong supaya gedungnya bisa diamankan karena hendak dibakar massa. Mantan Pangdam Jaya ini tidak segera menjawab, karena bingung pasukan mana yang harus digerakkannya.
Ia hanya dengan beberapa anggotanya di perempatan Senen itu. "Nanti sajalah," jawab Soegito tegas, sebelum salah seorang sersan anggotanya berinisiatif menolong.
Sersan itu dan beberapa rekannya segera lari ke arah showroom. Soegito melihat dari kejauhan aksi anak buahnya itu melepaskan beberapa kali tembakan ke atas untuk membubarkan massa yang ingin membakar gedung tersebut.