"Hebat sersan itu walau agak ngawur," puji Soegito. Pasukan Kopassandha menghabiskan malam itu di sekitaran Senen sambil berjaga-jaga.
Karena terburu-buru, Soegito lupa membawa radio komunikasi. Alhasil ia tidak bisa menghubungi siapa pun untuk berkoordinasi, termasuk ke Mako Kopassandha di Cijantung.
Baca Juga:
Luhut: Ada Menteri yang Sudah Ditawari Mundur, Tapi Tak Mundur-mundur
Guna mengefektifkan koordinasi dan menghindari tindakan yang keliru, Soegito memerintahkan Carakanya untuk menyampaikan informasi yang diperlukan baik ke Cijantung maupun ke Garnisun di Gambir.
Karena tidak bisa berkomunikasi ke Cijantung, sampai malam itu pasukan Kopassandha sama sekali tidak mendapat dukungan logistik.
Ia sadar betul, pasti saat itu sebagian besar anggotanya sudah kelaparan karena sejak sore belum mendapat ransum.
Baca Juga:
Menko Luhut Sebut Jokowi Bakal Kenalkan Penerusnya ke Pemimpin Dunia
Mau minta ke Kodam atau ke Mabes ABRI, hari sudah gelap sehingga tidak tahu siapa yang bisa membantu dalam kondisi panik seperti itu. Soegito pun tiba-tiba teringat dengan seorang kenalannya di daerah Jakarta Pusat, yang mungkin bisa diminta tolong.
Ia lalu memanggil Luhut Pandjaitan dan memerintahkannya menemui seseorang di Jakarta Pusat untuk mendapatkan bantuan makanan. Balik-balik Luhut membawa roti banyak sekali.
"Saya tidak tahu anggota di tempat yang lain, apakah bisa makan malam itu," kenang Soegito menyesalkan sikap pimpinan saat itu yang tidak memikirkan logistik anggotanya. Dalam dua hari tugas pengamanan di Senen saat peristiwa bakar-membakar itu, banyak kejadian dialami Soegito dan anggotanya.