“Sisa makanan bukan hanya kehilangan nilai ekonomi, tapi juga menyumbang pada percepatan krisis iklim,” tambahnya.
Penelitian Bappenas tahun 2021 mencatat potensi limbah makanan di Indonesia mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun, setara 115 hingga 184 kg per kapita per tahun.
Baca Juga:
Dalih Langgar UU Perlindungan Konsumen Toko Mama Khas Banjar Tutup, Pengusaha Trauma
Ini menjadi pukulan telak di tengah upaya penanganan gizi buruk dan stunting yang masih menghantui berbagai daerah.
Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, menegaskan pentingnya tindakan konkret. “Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia.
Maka penting bagi pemerintah dan komunitas melakukan langkah konkret mengurangi sampah makanan,” ujarnya.
Baca Juga:
Dapur Umum Dijarah, Gaza Hadapi Kelaparan Akut dan Kehancuran Sistemik
IGC pun mengusulkan tiga langkah praktis: ambil secukupnya, habiskan sepenuhnya, dan dukung pelaku industri kuliner yang menerapkan prinsip zero food waste.
Kampanye ini juga mendorong penggunaan pangan lokal secara utuh, dari akar hingga batang, dari kepala hingga ekor.
Ninuk Pambudy, Pembina IGC, menyatakan bahwa gerakan ini sejalan dengan misi besar negara.