WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah krisis kelaparan global yang masih melanda lebih dari 735 juta jiwa, ironi besar justru terjadi: jutaan ton makanan terbuang sia-sia setiap tahunnya.
Indonesia, yang dikenal sebagai negeri agraris dengan kekayaan kuliner melimpah, ternyata menjadi penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia.
Baca Juga:
Dalih Langgar UU Perlindungan Konsumen Toko Mama Khas Banjar Tutup, Pengusaha Trauma
"Setiap tahun, 23 hingga 48 juta ton makanan di Indonesia berakhir di tempat pembuangan akhir. Ini terjadi di tengah kenyataan bahwa kita masih berjuang melawan stunting dan kekurangan gizi," ujar Ray Wagiu Basrowi, Sekjen Indonesian Gastronomy Community (IGC), dalam acara penandatanganan Komitmen Bersama Pengurangan Limbah Makanan di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Komitmen tersebut juga didukung oleh Ketua Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi, Ketua IGC Ria Musiawan, serta tokoh-tokoh seperti Prof. Nila F Moeloek, Ninuk Pambudy, dan Chef William Wongso.
Menurut data Barilla Center for Food & Nutrition, Indonesia masuk dalam tiga besar negara dengan indeks kehilangan dan kemubaziran pangan terburuk di dunia.
Baca Juga:
Dapur Umum Dijarah, Gaza Hadapi Kelaparan Akut dan Kehancuran Sistemik
Rata-rata orang Indonesia membuang 300 kilogram makanan per tahun, bersanding dengan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
“Ini bukan hanya soal etika dan keadilan pangan, tetapi juga menyangkut masalah lingkungan yang serius,” kata Ray yang juga pendiri Health Collaborative Center (HCC).
Ia menyebut limbah makanan sebagai penyumbang 8–10 persen emisi gas rumah kaca global, setara dengan emisi seluruh sektor transportasi dunia.
“Sisa makanan bukan hanya kehilangan nilai ekonomi, tapi juga menyumbang pada percepatan krisis iklim,” tambahnya.
Penelitian Bappenas tahun 2021 mencatat potensi limbah makanan di Indonesia mencapai 23 hingga 48 juta ton per tahun, setara 115 hingga 184 kg per kapita per tahun.
Ini menjadi pukulan telak di tengah upaya penanganan gizi buruk dan stunting yang masih menghantui berbagai daerah.
Direktur Kewaspadaan Pangan Badan Pangan Nasional, Nita Yulianis, menegaskan pentingnya tindakan konkret. “Indonesia merupakan penyumbang sampah makanan terbesar kedua di Asia.
Maka penting bagi pemerintah dan komunitas melakukan langkah konkret mengurangi sampah makanan,” ujarnya.
IGC pun mengusulkan tiga langkah praktis: ambil secukupnya, habiskan sepenuhnya, dan dukung pelaku industri kuliner yang menerapkan prinsip zero food waste.
Kampanye ini juga mendorong penggunaan pangan lokal secara utuh, dari akar hingga batang, dari kepala hingga ekor.
Ninuk Pambudy, Pembina IGC, menyatakan bahwa gerakan ini sejalan dengan misi besar negara.
“Khususnya dalam upaya ketahanan pangan, pengurangan food loss and waste, dan promosi gastronomi berkelanjutan sebagai bagian dari pembangunan peradaban Indonesia modern,” ujarnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]