Kemudian, salah satu peserta webinar itu berbicara mengungkapkan kekecewaannya pada Wiratno dan Moko sebagai perwakilan KLHK.
"Bagaimana lembaga pemerintah kok ada mengancam-ancam. Kok bisa di depan mahasiswa. Pemerintah bagaimana dong sudah ditegur UNESCO?" kata peserta webinar itu.
Baca Juga:
Hutan Mangrove: Ekosistem Penting di Kalimantan Utara untuk Perlindungan Pantai
"Bapak [merujuk ke staf KLHK] sepertinya baru gabung, ya? Saya peserta biasa, saya paham dengan penjelasan Pak Venan. Itu ada konteksnya, tapi kok bapak mengancam ini, barang ini. Wakil pemerintah itu harus wise, Pak, dalam menanggapi suara-suara civil society," sambung peserta lainnya.
Ketegangan terjadi dalam kegiatan yang berlangsung secara virtual tersebut.
Moderator webinar itu pun terlihat beberapa kali mencoba menengahi ketegangan yang terjadi.
Baca Juga:
TNI Siap Bantu Masyarakat Atasi Bencana Akibat El Nino
Venan --peneliti Sunsprit yang slide-nya dipersoalkan staf dan pejabat KLHK-- mengaku emosi yang dilemparkan itu bukan pada tempatnya, dan tak terkait dengan konteks kritik atas upaya konservasi wilayah tersebut.
"Ya sebenarnya begini, mesti harus sabar [KLHK]. Jadi UNESCO sudah keluarkan teguran, jadi sadarlah tidak usah merasa baper dengan kritik yang kita berikan, belajar dari itu, dan mari evaluasi total keseluruhan pembangunan yang ada di kawasan taman nasional," ujarnya, saat dihubungi wartawan, Kamis (16/9/2021).
Wartawan sudah menghubungi Menteri KLHK, Siti Nurbaya, dan Wiratno, untuk menanyakan lebih lanjut permasalahan tersebut.