Termasuk dalam mengantisipasi dampak
perubahan iklim, seperti banjir maupun kekeringan, Kementan akan menerapkan early warning system.
"Sistem ini akan membantu dalam
memantau wilayah rawan banjir ataupun kekeringan," sebut Momon.
Baca Juga:
Ombudsman RI: Pemerintah Diminta Kaji Ulang Kebijakan Impor Beras
Selain itu, antisipasi kemarau pun
telah disiapkan dengan percepatan padat karya infrastruktur, baik melalui
rehabilitasi jaringan irigasi tertier, bantuan irigasi perpompaan/perpipaan,
ataupun embung.
Kementan juga akan mempercepat
realisasi penyaluran bibit tanaman.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menyebutkan bahwa memasuki panen
raya, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam menyerap gabah
petani.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Impor 3 Juta Ton Beras di 2024
"Total perkiraan gabah kering giling
seluruh Indonesia pada Maret-April 2021 sebesar 17,3 juta ton.
Sedangkan surplus produksi pada Januari-April 2021
diperkirakan 6 juta ton setara beras. Memperhatikan perkiraan produksi Februari 2021 sudah melebihi tingkat kebutuhan GKG bulanan, maka
dibutuhkan peningkatan penyerapan gabah dalam negeri, sehingga
harga gabah tingkat petani tidak anjlok," ungkapnya.
Langkah tersebut terutama perlu
dilakukan mengingat puncak panen diperkirakan akan berlangsung pada Maret ini
hingga April mendatang.
Hal ini berbeda dengan tahun 2020,
yaitu masa puncak panen mengalami kemunduran 1 bulan, hingga
panen tahun lalu terjadi pada bulan April-Mei 2020.