Situasi serupa juga terjadi di China. Di mana jumlah lulusan universitas mencapai rekor tertinggi dan persaingan kerja semakin ketat di tengah perlambatan ekonomi.
Laman itu memperingatkan, tanpa reformasi struktural dan penciptaan lapangan kerja baru, bonus demografi di Asia bisa berubah menjadi beban demografi. Pemerintah di kawasan ini didorong untuk memperkuat pelatihan vokasi, mendorong kewirausahaan muda, dan mengurangi ketergantungan pada pekerjaan informal agar generasi muda memiliki prospek karier yang lebih baik.
Baca Juga:
Terungkap Lulusan Sarjana RI Banyak Pakai Ijazah SMA Demi Kerja-Jadi ART
Selain itu, korupsi dan nepotisme disebut sebagai hambatan besar dalam menciptakan sistem kerja yang adil dan transparan. Banyak anak muda merasa peluang kerja masih sangat bergantung pada koneksi, bukan kompetensi.
"Protes generasi muda di Asia adalah tanda frustasi terhadap sistem ekonomi dan politik yang tidak berpihak," tulisnya.
Media tersebut menegaskan, tantangan terbesar bagi pemerintah di kawasan ini, termasuk Indonesia, bukan hanya menyediakan pekerjaan. Tetapi juga menjamin masa depan yang layak dipercaya bagi generasi mudanya.
Baca Juga:
Thailand-Kamboja Bentrok, Dua Pos Perbatasan Ditutup Sementara
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.