“Saya bukannya menyebut ada masalah pada bimbingan belajar, ada banyak sekali bimbingan belajar yang bagus,” jelas Nadiem.
“Ini bukan kritisi terhadap bimbingan belajar, tetapi untuk menghabiskan uang dan waktu, untuk drilling test di mana anak itu masih harus mengerjakan mata pelajaran di sekolah, itu beban psikologis dan finansial yang tidak mampu, bagaimana dengan masyarakat yang tidak mampu,” lanjut dia.
Baca Juga:
Kemendikbudristek: Jalur Mandiri Tetap Ada Karena Amanat UU
Namun Jejen Musfah meragukan bahwa perubahan sistem itu akan melepaskan ketergantungan para siswa terhadap lembaga bimbel.
Sebab, itu akan tergantung pada bagaimana sekolah mampu memenuhi kebutuhan siswa dalam pola pembelajaran yang baru.
“Asumsinya tidak semua guru mempunyai pembelajaran berbasis nalar. Kedua, waktu belajar di sekolah tentu tetap berdasarkan mata pelajaran, sedangkan orang tua ingin memastikan anak-anaknya bisa lulus di PTN favorit. Sedangkan lembaga-lembaga bimbel itu akan segera siap dengan modul-modul dan buku yang prediktif,” kata Jejen. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.