WAHANANEWS.CO, Jakarta - Menurut Deputi Kemenko IPK RI, Muhammad Rachmat Kaimuddin, perekonomian Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil.
"Faktanya, perekonomian kita masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Ketika kita membakar fosil, kita menghasilkan gas rumah kaca yang memperparah krisis iklim," katanya pada kegiatan International Interdisciplinary Conference on Green Development in Tropical Regions 2025 di Padang, Senin (27/10/2025).
Baca Juga:
BPJS Kesehatan Genjot Perlindungan Anak Lewat Program PESIAR
International Interdisciplinary Conference on Green Development in Tropical Regions 2025 mengusung tema 'Global and Regional Challenges of Green Development in Tropical Regions to Achieve SDGs' yang relevan dengan komitmen pemerintah dan perguruan tinggi dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Ia menegaskan pembakaran terhadap fosil tersebut menjadi salah satu bukti bahwa krisis iklim memiliki hubungan timbal balik dengan aktivitas manusia.
Secara umum, kata dia, terdapat empat material utama yang berkontribusi besar terhadap emisi karbon yakni semen, baja, plastik dan amonia.
Baca Juga:
Penjualan REC PLN Tembus 13,68 TWh, Sektor Industri Kian Gencar Gunakan Listrik Hijau
Sementara untuk menuju transisi pembangunan yang lebih hijau dan berkelanjutan, menurut dia, kunci utama yang dibutuhkan ialah penerapan teknologi baru dan mencari solusi yang inovatif.
Sementara itu, Kepala Sekretariat Nasional SDGs Indonesia Pungkas Bahjuri Ali mengatakan transisi menuju ekonomi hijau bukanlah perkara yang mudah. Sebab, Indonesia memerlukan energi untuk memperkuat sektor industri yang tengah menurun.
"Karena itu, dibutuhkan riset yang kuat agar kebutuhan energi dapat diimbangi dengan penyediaan energi ramah lingkungan," katanya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.