WahanaNews.co | Hanya
janji yang kali ini bisa diberikan oleh Komisioner Tinggi Perserikatan
Bangsa-bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia kepada ratusan demonstran.Ratusan demonstran ini mayoritas terdiri dari pengungsi asal
Afghanistan yang menggelar aksi di depan kantor UNHCR Indonesia, Kebon Sirih,
Jakarta Pusat, Selasa (24/8/2021 sejak pagi hingga sore.
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Picu Gelombang Pengungsian Massal di Lebanon
"Hasil pertemuan tadi adalah janji. Dia janji akan
kerja untuk resettlement (penempatan ke negara ketiga), tapi ini tidak ada
kepastian," ujar Hakmat, salah seorang perwakilan pengungsi yang ikut
mediasi dengan pihak UNHCR saat demo berlangsung. Ia dan sejumlah rekannya
ditangkap polisi karena demo.
UNHCR, kata Hakmat, berjanji akan melakukan negosiasi dan
diskusi dengan organisasi lain serta pemerintah sejumlah negara. "Kita
berharap kita dapat jawaban, kita diproses (untuk resettlement)," ujarnya.
Demonstrasi tersebut digelar ratusan pengungsi Afghanistan
untuk meminta kejelasan nasib mereka kepada UNHCR. Sebab, sudah bertahun-tahun
mereka di Indonesia, tapi belum juga ditempatkan ke negara ketiga (resettlement)
seperti Australia.
Baca Juga:
JPU Aceh Besar Dakwa Tiga WNA Selundupkan 134 Imigran Rohingya ke Aceh
Selama menetap sementara di Indonesia, mereka tak diizinkan
bekerja. Mereka juga tak bisa mendapatkan suntikan vaksin lantaran tak punya
izin tinggal.
"Perpindahan ke negara tujuan dan kebebasan adalah hak
kami," demikian bunyi salah satu poster tulisan tangan yang diangkat salah
satu pengungsi.
Sedangkan untuk kembali ke negara asalnya, bagi mereka hal
itu tak memungkinkan. Sebab, Taliban sudah kembali berkuasa sehingga keberadaan
suku minoritas Hazara kembali terancam.
"Kami di sini kumpul hampir 800 orang memang kebanyakan
dari Hazara. Keluarga kami di Afghanistan kondisinya sekarang tidak bagus
karena tiap saat, tiap jam mereka khawatir," kata Qurban Ali Mirzai (27),
pengungsi asal Provinsi Ghazni, tak jauh dari ibu kota Kabul.
Afghanistan berkecamuk dalam sepekan terakhir usai Taliban
(kelompok yang mayoritas diisi suku Pasthun) mengambil alih pemerintahan dan
Kota Kabul. Warga sipil Afghanistan kabur ke berbagai negara karena takut
dengan cara Taliban memerintah, sebagaimana mereka dulu berkuasa 1996-2001. [rin]