Ia juga menambahkan bahwa pihak yang terlibat dalam pemasangan pagar laut itu kemungkinan berasal dari perangkat desa, seperti RT atau RW setempat.
"Yang menancapkan itu pegawai desa, termasuk RT dan RW," katanya.
Baca Juga:
Soal Pagar Laut Misterius Membentang 30 Km di Perairan Tangerang, KKP Buka Suara
Terkait klaim bahwa pagar laut dapat mencegah abrasi, Maun dengan tegas menyebut hal itu sebagai kebohongan. Ia mengatakan masyarakat kini sudah cerdas dan tidak mudah dibodohi.
"Kalau benar mencegah abrasi, suruh yang bilang datang ke Tanjung Pasir dan bertemu langsung dengan nelayan," ujarnya. "Pagar itu pasti roboh kena ombak, apalagi kalau ada rob. Jadi, itu omong kosong," tambah Maun.
Nano (60), nelayan lainnya, juga menyampaikan pandangan serupa. Ia pernah meminta agar pagar laut tidak menghalangi jalur melaut nelayan ketika pertama kali dipasang.
Baca Juga:
Aneh dan Misterius! Pemerintah Tidak Tahu Siapa yang Bangun Pagar 30 Km di Laut Tangerang
Namun, ia menegaskan bahwa protes itu bukan untuk menolak pagar laut sepenuhnya, melainkan untuk memperjuangkan jalur melaut yang aman bagi nelayan.
"Sebagai nelayan, jalur melaut itu nyawa kami. Waktu itu kami protes karena jalur kapal yang disediakan terlalu dangkal. Kalau kapal nyangkut dan kena ombak, bisa terbalik. Itu sangat berbahaya," pungkas Nano.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.