"Sebelum saya melakukannya, saya adalah seorang yang hancur. Lawan terberat yang pernah saya hadapi adalah diri saya sendiri. Saya memiliki harga diri yang rendah," kata pria berusia 55 tahun.
Mike Tyson pula yang membuat saya tergerus dari hobi nonton dan menikmati sebuah pertarungan tinju kelas dunia.
Baca Juga:
Tayang di Netflix 20 Juli 2024, Mike Tyson Bakal Duel dengan Youtuber Jake Paul
Karena di mata saya, si leher beton itu tidak memainkan gaya menari kupu-kupu seperti halnya Muhammad Ali, tapi langsung brutal mengkanvaskan lawan pada ronde-ronde awal.
Ini yang membuat saya merasa pegel setelah lama menunggu lonceng pertandingan yang ditunggu, duduk lama depan chanel TVRI dan sudah mengorbankan aktivitas lainnya, tapi ahirnya hanya disuguhi 1-3 ronde tinju dan tuntas.
Membayangkan lagi Mike Tyson dan karir tinjunya, saya jadi teringat Yukie H Rushdie, sobat kuliah yang pernah menyandang wartawan olahraga di harian Pikiran Rakyat.
Baca Juga:
Naik Pitam, Mike Tyson Ancam Canelo jika Berani Sentuh Lionel Messi
Teringat bagaimana saya harus berdebat dengan pilihan topik utama untuk terbitan perdana majalah kampus yang masih dicetak hitam-putih, awal 1990-an.
Yukie tetap bersikukuh pertarungan tinju Mike Tyson versus James “Buster” Douglas, dengan penulisan judul “Tyson Bakal di-KO Douglas”, tanpa menyematkan diksi “diprediksi”.
Awalnya, saya mengira pilihan sobat ini hanya semata klik bait, atau judul provokator belaka, sebab pada saat itu publik dunia paham benar Mike Tyson sedang berada dalam puncak karir, dan masih berusia 23 tahun.