Algoritma pertama menghasilkan gambar sintetis dan menerima umpan balik dari algoritma kedua, lalu menyesuaikannya agar terlihat lebih nyata. Proses ini diulang sebanyak yang diperlukan hingga algoritma kedua tidak mendeteksi gambar palsu.
Dalam video deepfake, suara orang tertentu dapat direplikasi dengan memberikan data audio asli dari orang tersebut kepada model AI, sehingga melatihnya untuk menirunya.
Baca Juga:
Pesan Paus Fransiskus Soal Ancaman AI Buat Umat Manusia
Seringkali, video deepfake diproduksi dengan melakukan overdubbing rekaman seseorang dengan audio baru dari AI yang menirukan suara orang tersebut.
Deepfake, lebih sering dikaitkan dengan motif jahat, termasuk menciptakan informasi yang salah dan menimbulkan kebingungan tentang hal-hal yang penting secara politik.
Penipuan hingga pelecehan seksual
Baca Juga:
Elon Musk Jual X ke Perusahaan AI Milik Sendiri Rp546 Triliun, Apa Maksudnya?
Kepolisian Inggris memperingatkan kecerdasan buatan semakin sering digunakan untuk berbagai kejahatan seperti penipuan, pelecehan seksual, hingga eksploitasi anak.
Alex Murray, Kepala Polisi Nasional bidang AI, mengungkapkan aksesibilitas teknologi yang semakin mudah menjadi faktor utama peningkatan penggunanya oleh pelaku kriminal.
"Kita tahu dari sejarah kepolisian bahwa penjahat itu kreatif dan akan menggunakan apa pun untuk melakukan kejahatan. Mereka sekarang menggunakan AI untuk melakukan kejahatan," kata Murray, mengutip The Guardian beberapa waktu lalu.