Para ilmuwan meramalkan bahwa benua super berikutnya, yang disebut Pangea Ultima, akan terbentuk dalam kurun waktu 250 juta tahun ke depan. Saat itu, diperkirakan bahwa daratan bumi di sekitar garis khatulistiwa akan saling bertabrakan, akhirnya membentuk Pangea Ultima.
Benua baru ini akan memiliki kondisi yang panas. Hal ini bukan hanya karena sebagian besar daratan di sekitar khatulistiwa tidak akan mendapat pendinginan dari lautan, tetapi juga karena benua ini akan menyerap lebih banyak radiasi dari matahari yang sudah tua dan aktif.
Baca Juga:
Penemuan Baru: Kemungkinan Kehidupan Alien di Kutub Utara Merkurius
Selain itu, Pangea Ultima juga akan menyerap lebih banyak karbon dioksida akibat aktivitas gunung berapi.
Situasi ini bisa menjadi bencana bagi mamalia. Meskipun beberapa hewan telah beradaptasi dengan kelenjar keringat dan sistem peredaran darah yang membantu mengatasi suhu tinggi, panasnya di benua super ini bisa melebihi 40 derajat Celsius dalam cuaca kering, dan mencapai 35 derajat Celsius dalam cuaca lembap.
Untuk menilai sejauh mana bumi di masa depan dapat dihuni, para ilmuwan telah menggunakan model iklim yang dijalankan oleh superkomputer untuk memperkirakan suhu dan kelembaban di seluruh wilayah Pangea Ultima.
Baca Juga:
Ilmuwan: Februari 2024 Tercatat Sebagai Bulan Terpanas
Dengan sebagian besar daratan bumi yang terkunci menjadi satu, matahari yang semakin menua akan memancarkan radiasi sekitar 2,5 persen lebih banyak.
Tingkat karbon dioksida di atmosfer juga diperkirakan akan meningkat hingga 1,5 kali lipat dari tingkat saat ini. Hasil simulasi menunjukkan bahwa hanya sekitar 8 persen dari seluruh daratan superkontinen yang akan dapat dihuni oleh mamalia.
Mengutip Live Science, para ilmuwan meyakini bahwa sebagian besar lonjakan suhu ini akan terjadi setelah letusan besar yang akan membentuk wilayah dengan tumpukan lava yang mengeluarkan karbon.