Kini, ketegangan antara China dan AS kembali memuncak, bukan karena ideologi, tapi karena persaingan teknologi dan geopolitik.
Kisah Qian kembali relevan, terutama di tengah kebijakan anti-imigran dan anti-China yang makin keras.
Baca Juga:
Bamsoet Ajak Sejawat Alumni Lemhannas Perkuat Ketahanan Nasional Hadapi Dinamika Geopolitik Global
Banyak mahasiswa China di AS mengetahui kisah Qian dan khawatir mengalami hal serupa. “Mereka tahu bisa saja dicurigai seperti generasi Qian,” kata Tianyu Fang.
Qian Xuesen tidak pernah kembali ke AS. Ia meninggal tahun 2009.
Kisahnya adalah peringatan keras tentang akibat ketika negara menyingkirkan pengetahuan demi paranoia.
Baca Juga:
Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Tegaskan Tidak Ada Penyelesaian dengan Amerika
Seperti kata Macdonald, “Sejarah ilmu pengetahuan AS dibangun oleh para imigran. Tapi kini, sejarah itu semakin sulit dirayakan.”
Kontribusi JPL dan ilmuwan seperti Qian sering diabaikan, berbeda dengan pengakuan terhadap Wernher von Braun, seorang mantan Nazi.
"Fakta bahwa program luar angkasa AS dirintis oleh kaum sosialis lokal, Yahudi atau China, adalah kisah yang sulit diterima oleh Amerika," pungkas Macdonald.