"Jelaga akan menyebar secara global dan menutupi bagian atas atmosfer Bumi. Oleh karena itu, hasil penelitian kami relevan terlepas dari negara mana yang sedang berperang," kata studi yang sama.
Dalam skenario perang antara AS dan Rusia, rata-rata produksi kalori global dari tanaman akan berkurang sekitar 90 persen dalam waktu empat tahun setelah perang. Selain itu, perang nuklir juga akan mengurangi pasokan ikan global.
Baca Juga:
Tank AS Seharga Rp 162 Miliar Mati Kutu Dimangsa Drone Murah Rusia
Orang-orang di sebagian besar negara akan mengkonsumsi lebih sedikit kalori daripada yang dibakar tubuh. Ini akan mengakibatkan lebih dari 5 miliar kematian pada akhir tahun kedua.
Studi tersebut berasumsi bahwa perdagangan internasional setelah perang nuklir akan terhenti dengan negara-negara di benua Afrika dan kawasan Asia Barat "sangat terpengaruh" oleh penurunan ekspor pangan dunia.
"Tidak adanya sinar matahari, pendinginan global dan kemungkinan pembatasan perdagangan setelah perang nuklir adalah bencana global," kata studi tersebut.
Baca Juga:
Untuk Ukraina, AS Terus Berupaya Keras Beri Bantuan Pertahanan Udara
Studi yang sama juga menciptakan model untuk jumlah abu nuklir yang lebih kecil dalam skenario seperti perang nuklir antara India dan Pakistan, di mana 2 miliar orang berisiko kelaparan.
Hasil penelitian tersebut dipublikasikan di tengah perang Rusia-Ukraina yang memicu kekhawatiran internasional tentang potensi perang nuklir dan bencana radiasi yang menimpa pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia. Pembangkit di Ukraina adalah pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.