Kesimpulan para ilmuwan terjadi dorongan angin dengan kecepatan 63 meter/jam dari timur di atas danau yang direkonstruksi secara digital di sepanjang area Mediterania, sehingga bisa menyapu air kembali ke pantai barat.
Kemudian peristiwa itu memperlihatkan dataran lumpur yang luas dan menciptakan jembatan darat yang akan tetap tinggi dan kering selama empat jam.
Baca Juga:
Pakar Gizi Sarankan Tak Konsumsi Ubi Untuk Berbuka Puasa, Berikut Alasannya
Para peneliti menilai hal itu cukup bagi Bani Israil berjalan melintasi dataran lumpur yang terbuka sebelum air mengalir kembali, menelan kavaleri Firaun.
Tetapi sayangnya tim tidak melakukan ujicoba ini di Laut Merah karena lokasinya yang tidak cocok dengan deskripsi dalam kisah Exodus yang diceritakan dalam Bibel.
"Simulasinya cukup cocok dengan yang terjadi di Exodus," kata Carl Drew yang memimpin studi ini.
Baca Juga:
RDPU dengan Pakar, Anggota DPR RI Maruli Siahaan Soroti Sejumlah Hal Soal Perlindungan Saksi dan Korban
"Pembelahan air bisa dimengerti lewat dinamika cair. Angin menggerakan air dengan cara yang sesuai dengan hukum fisika, menciptakan celah yang aman dengan air di kedua sisinya lalu tiba-tiba mengembalikan air menutup seperti semula," ujarnya menambahkan.
Sebelum studi ini dilakukan, beberapa penelitian lain juga sudah meneliti fenomena mukjizat Nabi Musa tersebut.
Salah satunya adalah studi dari pakar Rusia yang menyiratkan adanya badai dari barat laut bisa membuka karang kecil di dekat kanal Suez modern dan memberi orang Israel penyeberangan.