Suhu hangat ini menyediakan energi melalui penguapan air, yang kemudian dikonversi menjadi panas laten saat uap air naik dan mengembun, memicu pertumbuhan awan badai.
• Atmosfer yang Tidak Stabil
Baca Juga:
Siklon Errol Muncul dari Laut, Cuaca Ekstrem Mengintai NTT hingga 19 April
Ketidakstabilan atmosfer memungkinkan terbentuknya awan-awan besar, khususnya Cumulonimbus, yang menjadi tempat utama pertumbuhan badai.
Ini menandakan adanya gerakan vertikal udara ke atas (konveksi) yang kuat.
• Kelembapan Udara yang Memadai
Baca Juga:
Spiral Maut di Langit Timur Indonesia, BMKG: 96S Akan Jadi Siklon Penuh dalam 72 Jam
Lapisan udara di ketinggian sekitar 5 kilometer harus cukup lembap agar pertumbuhan awan tidak terhambat. Udara kering dapat menyebabkan awan pecah dan mencegah perkembangan siklon.
• Letak yang Jauh dari Khatulistiwa
Badai tropis biasanya muncul minimal 500 kilometer dari garis khatulistiwa. Di dekat khatulistiwa, gaya Coriolis yang menyebabkan pembentukan pusaran angin terlalu lemah, sehingga sulit untuk memunculkan rotasi badai.