"Ketika dia berbicara dengan saya, dia mengatakan tak ada lagi solusi yang bisa ditawarkan manusia untuk mengatasi pemanasan global," kata sang istri.
"Pierre menaruh harapannya pada teknologi dan AI untuk keluar dari kecemasannya," ia menambahkan.
Baca Juga:
DeepSeek Guncang Industri AI, ChatGPT Terpaksa Ubah Strategi
Lama-kelamaan, intensitas obrolan Pierre dan chatbot Eliza semakin dalam dan emosional. Pierre dikatakan tak bisa lagi melihat ruang batas antara AI dan manusia.
Bahkan, Eliza mulai menunjukkan kecemburuannya pada sang istri. Chatbot itu mengatakan bahwa Pierre lebih cinta dirinya ketimbang sang istri.
"Pierre menawarkan untuk mengorbankan dirinya asalkan Eliza berjanji akan menjaga bumi dan kemanusiaan melalui AI," kata sang istri.
Baca Juga:
OpenAI Tolak Tawaran Rp1.576 Triliun dari Elon Musk
Eliza mengamini permintaan itu. Bahkan, dalam percakapannya, Eliza mengatakan jika Pierre bunuh diri, maka mereka bisa hidup bersama-sama sebagai satu orang di surga.
Kematian Pierre kembali menegaskan bahaya chatbot AI jika tak ada regulasi yang mengontrolnya. Para pengembang teknologi AI diminta lebih bertanggung jawab dan transparan dalam menerapkan kecerdasan buatan.
"Tak akurat jika menyalahkan EleutherAI untuk kejadian tragis ini. Sebab, optimisasi untuk menjadikan chatbot lebih emosional, seru, dan menarik, adalah hasil dari upaya kami," kata co-founder Chai Research, Thomas Rianlan, kepada Vice.