WAHANANEWS.CO, Jakarta - Kepercayaan publik Indonesia terhadap ilmu pengetahuan dan ilmuwan tercatat tinggi dan melampaui rata-rata global, menjadi sinyal optimisme sekaligus tantangan baru bagi dunia riset nasional.
Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi (Minat Saintek), Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek, Prof Yudi Darma, mengungkapkan bahwa dalam riset Nature Human Behaviour 2025, skor kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap ilmuwan mencapai 3,84 dari skala 5.
Baca Juga:
Ilmuwan Banting Setir Jadi Petani, Sukses Bikin Harga Jual Kelor Melesat!
“Rata-rata global itu 3,62. Dan kita relatif sama dengan Malaysia dan Meksiko saya lihat. Namun secara global, Indonesia termasuk dalam kelompok negara dengan tingkat kepercayaan tinggi terhadap ilmuwan. Jadi ini cukup bagus ya, baik,” kata Prof Yudi dalam media briefing bersama wartawan di Gedung Kemdiktisaintek, Senayan, Jakarta Pusat, pada Agustus lalu.
Menurutnya, capaian tersebut patut disyukuri, namun tetap menyisakan pekerjaan rumah besar karena kepercayaan yang tinggi tidak otomatis berbanding lurus dengan partisipasi bermakna dari publik dalam agenda sains maupun kebijakan berbasis bukti.
“Sebab kepercayaan tanpa partisipasi yang bermakna, itu belum menjamin keterlibatan masyarakat dalam agenda-agenda sains dan pengambilan kebijakan berbasis bukti,” tegas Prof Yudi.
Baca Juga:
Kotorannya Berupa Emas, Bakteri Langka Ini Buka Jalan Baru Produksi Logam Mulia
Ia menjelaskan, pada dimensi lain, keterbukaan ilmuwan Indonesia terhadap umpan balik publik masih mencatat skor rendah, yakni 3,33.
Hal itu menunjukkan banyak warga merasa suara mereka jarang didengar oleh komunitas ilmiah.
“Di saat yang sama, terdapat kesenjangan antara harapan dan masyarakat. Yang mana mereka (masyarakat) menginginkan fokus ilmiah pada isu keseharian. Misalkan tentang kemiskinan, energi, kesehatan, agar selaras dengan arah riset yang kerap kali tidak langsung menyentuh kebutuhan tersebut. Jadi masyarakat itu ingin, kalau bisa yang lebih membumi lah, yang melekat dengan apa yang mereka rasakan,” ujar Prof Yudi.