WahanaNews.co | Sekjen Persatuan Nasional Aktivis (PENA) 98 Adian Napitupulu heran dengan kondisi politik saat ini. Dia menyebut ada tiga menteri yang melontarkan wacana perpanjangan masa jabatan presiden, dan semestinya bukan Jokowi yang didemo.
"Yang bicara perpanjangan masa jabatan presiden bukanlah Jokowi, tapi ada tiga menteri. Lalu kenapa yang didemo Jokowi, bukan para menteri itu?" kata Adian Napitupulu dalam keterangannya, Jumat (8/4/2022).
Baca Juga:
Adian Sebut PDIP Masih Kaji Peluang Ikut PKS Usung Anies di Pilkada Jakarta
"Ada tiga ketua partai yang bicara perpanjangan masa jabatan presiden tapi, sekali lagi, kenapa yang didemo Jokowi bukan tiga partai itu? Yang bicara presiden 3 periode itu salah satu lembaga survei dan salah satu kader partai, tapi kenapa yang didemo Jokowi, bukan lembaga survei atau kantor partai?" imbuhnya.
Menurut politikus PDIP itu, untuk merealisasikan perpanjangan ataupun mengubah dari dua periode menjadi tiga periode, kewenangannya ada di DPR RI, bukan di Istana Kepresidenan. Hal itu membuat Adian bingung.
“Yang mengatakan tidak berminat 3 periode adalah Jokowi. Yang mengatakan bahwa mereka yang menginginkan 3 periode adalah orang yang juga cari muka Jokowi.”
Baca Juga:
Buku Catatan Hasto PDIP Disita KPK, Adian Napitupulu Mengaku Heran
"Yang mengatakan bahwa mengenai masa jabatan ia akan tunduk pada konstitusi adalah Jokowi, yang mengatakan bahwa menteri tidak boleh lagi bicara tentang perpanjangan masa jabatan juga Jokowi. Tapi aneh kenapa yang didemo justru Jokowi?" ujarnya.
Jika bertanya kenapa yang didemo Jokowi, menurut Adian, akan masuk pada ruang perdebatan dengan argumentasi yang tidak jauh dari asumsi terhadap perasaan Jokowi terhadap dugaan bahwa semua pernyataan para menteri dan ketua umum partai tersebut berasal dari keinginan Jokowi.
"Wacana perpanjangan maupun tiga periode tersebut membuat banyak orang menjadi gelisah, lalu sibuk menganalisis perasaan dan keinginan Jokowi. Karena menganalisis rasa tidak punya alat ukur, sebagian mahasiswa konon berencana demo besar-besaran ke Istana tanggal 11 April nanti," kata Adian.
Dalam situasi saat ini, Adian mempertanyakan ke mana para menteri dan ketua partai yang melemparkan wacana perpanjangan masa jabatan Jokowi.
Menurut Adian, semua tiba-tiba menjadi diam dan seolah membiarkan semua dampak dari ide dan wacana yang mereka lemparkan ditanggung akibatnya sendirian oleh Jokowi.
"Cerita belum berakhir, di media sosial, baik WhatsApp, TikTok dll, muncul beragam narasi tuntutan yang berkembang, tidak lagi soal wacana perpanjangan maupun 3 periode belaka, sekarang bahkan ada poster atas nama mahasiswa yang isinya menuntut agar Jokowi mundur dari jabatan presiden," kata Adian.
Adian juga menilai dari sisi pemerintah ada yang melempar wacana lalu sembunyi, sama halnya dengan poster. Dari isu perpanjangan masa jabatan, Adian menyinggung soal perebutan kekuasaan secara paksa.
"Mau di mana pun itu, Istana maupun jalanan, sepertinya para 'pelempar batu sembunyi tangan' itu mungkin selalu ada walau dilakukan orang yang berbeda namun berangkat dari motif yang sama, yaitu duduk di lingkaran kekuasaan. Ada yang ingin kekuasaan melalui perpanjangan masa jabatan, ada juga yang melalui penggulingan kekuasaan," imbuhnya.
"Kalau berangkat dari cerita lempar batu sembunyi tangan, maka tidak presiden, tidak juga mahasiswa saat ini, jangan-jangan sama-sama sedang menjadi 'korban klaim'," kata Adian. [rin]