"Karena konteks seperti ini kemudian dia bisa membuat cacing jadi naga, naga jadi cacing! Yang hitam bisa jadi putih, yang putih bisa jadi hitam. Hajab si rajab bin mustajab," ujar Willy.
Lebih lanjut, dia menyampaikan nalar akan hilang jika dalam nalar akademik dan ilmiah itu tidak memiliki stand point yang clear.
Baca Juga:
Usai Putusan Sidang MK, Ini Keterangan Lengkap Anies-Cak Imin
Menurut dia, konteks itu harus dibenarkan lantaran memiliki nalar ilmiah dengan pendekatan-pendekatan saintifik itu harus jelas.
"Tapi, tidak bagian kemudian. Eh bos, eh bro, eh mas kalau njenengan itu posisinya poster ya poster, kalau njenengan konsultan ya silakan," lanjut Willy.
Willy heran dengan lembaga survei yang dalam usaha praktiknya itu mengayunkan isu. Kata dia, seperti sempat mencuatnya masa jabatan Presiden tiga periode
Baca Juga:
MK Menolak Seluruh Permohonan Anies-Muhaimin dalam Perselisihan PHPU Pilpres
"Tiga periode kejedot mentok, abis itu Prabowo-Jokowi mentok kejedot. Sekarang satu putaran. Nauzubillahi minzalik," kata Willy.
Dia bilang yang mestinya bicara satu putaran yaitu duet Anies-Muhaimin atau Amin karena merupakan pasangan capres dan cawapres nomor urut satu. Tapi, ia mengaku pihaknya tak berupaya dalam mewujudkan hal tersebut.
"Ini kan kami tidak dalam kerangka itu. Kenapa? Satu kita lihat kalau kita verifikasi secara detail hasil-hasil survei yang beredar ini," sebut Willy.