Akan tetapi, Jovan menuturkan saat proses seleksi wawancara, AHY kembali menolak untuk menjadi pilot dan lebih memilih masuk Akmil. Hasil seleksi AHY di Akmil, kata Jovan, menunjukkan nilai psikologinya berada pada urutan keempat dari 300 lebih calon taruna.
Dengan kerja keras di Akmil, menurut Jovan, AHY bukan hanya berprestasi di bidang pendidikan, tetapi juga dipilih menjadi komandan Resimen Korps Taruna atau orang nomor satu di organisasi kemahasiswaan.
Baca Juga:
Kementerian PU Komitmen Lanjutkan Pembangunan Infrastruktur Demi Kesejahteraan Rakyat
Jovan mengungkapkan, AHY menjadi lulusan terbaik dengan meraih pedang Trisakti Wiratama pada 2000. Selain itu, AHY diberi penghargaan Adhi Makayasa oleh Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid yang diserahkan oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri di Istana Merdeka Jakarta.
Jovan mengatakan ketika AHY lulus dari Akmil, satuan Penerbang TNI AD (Penerbad) sedang mencari perwira-perwira terbaik untuk menjadi pilot helikopter. TNI AD sedang membeli helikopter tempur jenis MI-35 dan MI-17 dari Rusia dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan banyak pilot baru.
“Sebagai salah satu perwira lulusan terbaik, AHY ditugaskan untuk mengikuti seleksi sebagai pilot helikopter tempur. Lagi-lagi, AHY lulus serangkaian seleksi, tetapi pada saat pendalaman wawancara, AHY menyatakan lebih memilih menjadi prajurit Korps Infanteri di lingkungan Kostrad,” kata Jovan.
Baca Juga:
Terapkan Environmental Remediation, Upaya Kementerian PU Atasi Penurunan Tanah di DKI Jakarta
“Andai AHY memilih kesempatan menjadi pilot komersial Garuda, atau pilot pesawat tempur TNI AU atau pilot helikopter TNI AD, belum tentu AHY akan menjadi ketua umum Partai Demokrat, dengan tren elektabilitas yang terus meningkat seperti sekarang ini. Memang masa depan adalah milik Tuhan, bukan milik manusia, tetapi pilihan-pilihan hidup yang diambil, menentukan jalan hidupnya di kemudian hari,” demikian Jovan yang menjabat sebagai wakil sekretaris jenderal Partai Demokrat.[gab]