WahanaNews.co | Anggota DPRD Tangerang, Epa Emilia, dilaporkan oleh rekan bisnisnya, Jopie Amir, atas dugaan penganiayaan.
Jopie Amir mengaku terluka setelah dianiaya Epa Emilia dan sopirnya, Pabuadi.
Baca Juga:
Pemerintah Kabupaten Tangerang klaim penurunan angka stunting pada balita 6,9%.
Jopie Amir menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Minggu (19/9/2021).
Awalnya, Jopie Amir diajak oleh temannya untuk menemui Pabuadi.
"Jadi begini, jam 18.00 WIB, hari Minggu, rekan kerja saya dikumpulkan bertiga, dipanggil Pabuadi untuk ketemu. Rekan saya ini, habis Magrib, datang ke rumah, 'Pak, saya dipanggil Pabuadi untuk menghadap Bu Epa, tapi Bapak nggak boleh tahu,' katanya," ujar Jopie, saat dihubungi wartawan, Jumat (24/9/2021).
Baca Juga:
Buntut Kritik Proyek PSN PIK 2, Said Didu Dipolisikan
Setelah pertemuan itu, kedua rekan Jopie bersama Epa Emilia dan Pabuadi mendatangi rumah Jopie.
Jopie pun menemui Epa Emilia di kediamannya, namun tanpa sebab yang jelas Epa Emilia malah merebut ponsel Jopie.
"Ndak lama, jam 9 malam lewat, ibu itu datang ke rumah saya, bersama rekan saya dua orang, Epa sama Pabuadi. Epa masuk, kebetulan saya ada tamu di lantai dua," ucap Jopie.
"Ditangkisnya tangan saya, 'Nggak perlu salam-salam,' katanya, 'sini HP.’ Langsung tangannya megang HP. Saya nggak lepaskan dong, ada apa Bu?" ceritanya.
Jopie saat itu berusaha tidak memberikan ponsel miliknya kepada Epa.
Namun, begitu dirinya terjatuh setelah didorong Epa, Pabuadi datang dan ikut memukuli Jopie.
"Saya juga nggak tahu (alasan dirinya didorong Epa), bicara baik-baik, terus saya nggak kasih HP. Terus saya didorongnya. Saat didorongnya, dia pegang HP saya, datang Pabuadi meninju pipi kanan saya. Terus pas sudah didorong Bu Epa, saya dipukul-pukul juga, kiri-kanan, muka saya ditampar-tampar. Datang juga Pabuadi dari ruang sebelah, langsung meninju pipi kanan saya," ungkap Jopie.
Pabuadi Acungkan Pistol
Jopie Amir mengaku, kala itu tidak sedikit pun memberikan perlawanan.
Tidak lama kemudian, menurutnya, Pabuadi mengeluarkan pistol dan mengokangnya.
"Pabuadi mengeluarkan pistol, sampai dikokang, bunyi. Dihadang rekan saya Pabuadi, 'Jangan... jangan,' kata rekan saya. Tapi ditendang rekan saya itu. Pabuadi pistolnya itu diacungkan ke atas," ucapnya.
Jopie terjatuh di bawah meja, dan kembali dianiaya Pabuadi.
Setelahnya, Pabuadi menghantam kepala Jopie dengan menggunakan gagang senpi hingga bocor.
"Pabuadi melompat ke meja, dikatupnya leher saya dengan satu tangannya. Tangan yang lain menghantam ke bawah, kaya palu," kata Jopie.
"Iya (dipukul pakai pistol). Setelah tinju saya, mengeluarkan pistol, terus dikatupnya leher saya. Tembok dihantamnya saya pakai pistol. Sampai robek 4, bahkan darahnya nyemprot," imbuhnya.
Menurut Jopie, saat itu Epa Emilia masih dalam keadaan marah.
Menurutnya, Epa juga mencari pisau hendak menusuknya.
"Setelah itu, Epa masih ngomel-ngomel, 'pisau mana... pisau mana?', saya dengar. Pabuadi di pinggir jalan, rekan saya yang lihat pisaunya, tapi nggak jadi, Epa malah mau ambil pipa paralon air, itu diambil mau ditusuk ke mata saya, sambil megang leher saya," tutur Jopie.
Disodori Surat Damai
Setelah kejadian tersebut, mulanya Jopie berniat mengobati luka-lukanya secara mandiri ke puskesmas.
Namun, Epa Emilia menahannya, dan malah menyodorkan surat pernyataan damai.
"Saya mau berobat, ditahan, jangan pergi, tunggu, hampir 1 jam. Baru berangkat karena rupanya sibuk cari meterai, karena udah malam, terus disodorkan surat damai," terang Jopie.
Dalam keadaan tertekan, Jopie pun akhirnya menandatangani surat perjanjian damai tersebut.
"Karena dalam keadaan tertekan, saya tanda tangani (surat damai)," kata Jopie.
Akhirnya, Jopie dibawa Epa ke rumah sakit untuk menjalani beberapa perawatan.
Akibat kejadian tersebut, bagian kepala Jopie harus dijahit setelah dihantam gagang senpi oleh Pabuadi.
"Tapi akhirnya cuma dijahit saja," cerita Jopie.
Belakangan, Jopie melaporkan Epa Emilia ke polisi.
Epa Emilia juga melaporkan balik Jopie setelah mengetahui dirinya dipolisikan.
Kronologi Penganiayaan versi Epa Emilia
Epa Emilia merasa tertipu lantaran interior rumah belum dikerjakan.
Pada Minggu (19/9/2021), ia kemudian mendatangi Jopie Amir, bermaksud menanyakan soal pemasangan interior rumah tersebut.
"Setelah saya berjumpa dengan Jopie, dia mengaku (transfer ke pembuat interior) Rp 175 juta, jadi saya ingin (dia) mengaku bukti transfer, tolong tunjukkan bukti transfernya," katanya.
Saat itu, Epa Emilia hendak melihat ponsel Jopie Amir untuk mencari tahu bukti transfer, sehingga terjadi tarik-menarik dengan Jopie Amir.
"Akhirnya, terjadilah perdebatan, hingga terjadi rebutan HP, tarik-menarik, tangan saya terpelintir, sampai saat ini pun masih sakit. Hingga menjerit kesakitan, masuklah Pabuadi untuk melerai. Pabuadi berteriak, 'tolong lepaskan', namun Pabuadi dihadang dan dipegangi oleh anak buah Jopie Amier beramai-ramai di TKP," ungkapnya.
Saat itulah terjadi baku pukul antara Pabuadi dan Jopie Amir.
Epa mengakui, Pabuadi memukul Jopie Amir dengan pistol.
"Hingga Pabuadi meronta dan terjadilah baku hantam saat itu. Saat itulah Pabuadi mengeluarkan pistol mainan yang dipukulkan secara refleks mengenai kepala Jopie yang sedang memelintir tangan saya. Kemudian Jopie melepaskan pelintiran dan bilang, 'Ini kita hanya salah paham, Bang. Marilah berdamai secara kekeluargaan.' Lalu dibuatlah surat pernyataan damai, karena ini adalah suatu kesalahpahaman, surat pernyataan damainya ini sudah dibuat," jelasnya.
Epa Emilia mengira persoalan selesai sampai di situ.
Namun, rupanya, Jopie melaporkan dirinya dan Pabuadi, sopirnya, ke polisi atas tuduhan pengeroyokan.
Epa Emilia merasa Jopie Amir merekayasa kronologi kejadian saat buat laporan di kepolisian.
Epa Emilia kemudian melaporkan balik Jopie Amir ke polisi. [dhn]