"Pada Pilpres lalu, mindset politik berbasis aliran terpatahkan karena kemenangan Jokowi yang diusung PDIP, ternyata lebih ke personalisasi."
"Setelah Jokowi memimpin dua periode, PDIP justru memperkuat basis elektoral dan asosiasi sendiri. Sampai sekarang pengaruh Jokowi lebih kuat, bahkan melebihi PDIP itu sendiri," katanya.
Baca Juga:
Mustikaningrat Tampil Memukau, Visi Ekonomi Sumedang Sugih Jadi Sorotan Debat Pilkada
Dalam konteks ini, Hakim menyatakan bahwa popularitas Gibran membuka pola perpindahan dukungan yang dapat terjadi dalam Pemilihan Presiden mendatang, khususnya dari kalangan massa yang mendukung Jawa Tengah, yang dikenal sebagai 'kandang banteng'.
Hakim juga mencatat bahwa masyarakat cenderung kehilangan minat terhadap peristiwa-peristiwa dramatis yang terjadi. Sebagai contoh, dia merinci bahwa PDIP seringkali terlibat dalam politik drama, seperti insiden di mana kader PDIP di Boyolali terlibat konflik dengan tentara.
Hakim mengamati bahwa narasi seperti itu mulai ditinggalkan, dan situasi tersebut mungkin semakin mempersempit posisi PDIP.
Baca Juga:
Sengaja Dihapus, Foto Rano Karno Bersama Terduga Kasus Judi Online Lenyap dari Instagram
Pengamat tersebut juga menyoroti tingginya persentase pemilih yang belum menentukan pilihan atau undecided, yang mencapai 6-7 persen.
Angka ini dianggap sebagai faktor yang sulit untuk mencapai tujuan pemungutan suara satu putaran dalam pemilihan presiden.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.