"Jadi, berbagai sinyal-sinyal itu sudah ada, tetapi bagi kami ketika politik itu digerakkan pada keyakinan untuk masa depan bangsa dan negara, dan berakar kuat pada sejarah bagaimana kekuasaan itu untuk rakyat, bagaimana reformasi memang untuk menggelorakan semangat antikolusi, nepotisme, dan korupsi," ucapnya.
Hasto menyatakan bahwa tekanan yang dialami oleh pendukung Ganjar-Mahfud dan para pendukung kebenaran tidak membuat mereka merasa takut, melainkan justru semakin menguat.
Baca Juga:
Megawati Akui Luka Hati Usai Pemilu 2024
Sebagai contoh, Hasto mengilustrasikan bagaimana masyarakat memberikan dukungan ketika baliho Ganjar-Mahfud dicopot selama kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Bali.
Menurut politikus dari PDIP tersebut, hal ini mencerminkan esensi dari gerakan masyarakat yang tetap kokoh di tengah tekanan.
"Bukti nyata adalah bahwa rakyat terus memberikan dukungan. Ketika baliho Pak Ganjar-Prof Mahfud dicopot karena tekanan, masyarakat malah menyediakan rumahnya," ujar Hasto.
Baca Juga:
Langkah Mengejutkan PDI-P: Adi Sutarwijono Dicopot dari Ketua DPC Surabaya
"Ini, kan, the essence of people movement. Ini yang kemudian nampak berbeda dengan yang lain," jelas Hasto.
Kemudian, Hasto juga berdiskusi dengan tim pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) yang mengalami tekanan serupa.
Upaya itu, sambungnya, untuk meluruskan supaya demokrasi berada di koridornya.