Karena tak
punya pegangan spiritual, mereka cenderung berfoya-foya dan berfoya-foya demi
kepentingan berfoya-foya itu sendiri.
Kita dapat
menduga bahwa para tokoh politik kita, khususnya yang kelas berat, bukanlah
orang-orang yang miskin harta.
Baca Juga:
Pengadilan China Vonis Mati Pejabat Korupsi Rp2,4 Triliun
Mereka bukan
hanya sekadar hidup berkecukupan, melainkan lebih dari itu.
Dari mana
mereka memperoleh harta, kita tak tahu pasti, tetapi kira-kira karena mereka
punya kesempatan mencari harta, baik halal maupun yang kehalalannya diragukan.
Ini pulalah
yang terjadi kepada orang-orang kaya, khususnya orang-orang kaya baru selepas
Perang Dunia I.
Baca Juga:
Dibekuk Intel TNI, Pak Tua Penghuni Gubuk Ternyata Koruptor Kakap Rp 1,3 Triliun
Karena itu,
waktu itu ada istilah bootlegging.
Makna harfiah bootlegging adalah menyembunyikan barang, khususnya barang tak halal, ke dalam sepatu boot.
Dengan
demikian, ketika berjalan, termasuk waktu dia melewati batas negara, para
petugas tak menaruh curiga.