Podcast ini juga dihadiri Wakil Sekretaris PCNU Surabaya Gus Miftah. Ia mengatakan, tradisi warga Nahdliyin adalah nderek kiai. Jika mayoritas kiai mendukung ke paslon 02, maka otomatis warga NU akan mengikuti.
"Tradisi NU itu tawadu kepada kiai panutannya. Namun secara organisasi, struktural pengurus NU tidak boleh terlibat di politik praktis. Uniknya di NU, para tokoh itu seolah terpaksa terlibat secara pribadi dalam dukungan, karena pasti tokoh NU itu dituakan atau jadi panutan di wilayah masing-masing," ujar Gus Miftah.
Baca Juga:
Izin Tambang Jokowi, Ditolak Keras Angkatan Muda Muhammadiyah Trenggalek
"Otomatis terlibat di model pemilu langsung ini yang one man one vote. Itulah sebabnya warga NU pasti masih tanya ke tokoh tadi, harus ke mana, setelah itu mereka mengikuti panutannya tadi," imbuhnya.
Hanya saja, lanjut Gus Miftah, di NU secara organisasi melarang pengurus terlibat di politik praktik, kecuali secara pribadi diperbolehkan.
"Seperti Gus Ipul, yang karena menjabat Sekjen PBNU hanya diizinkan secara pribadi, lalu diikuti massa pendukungnya. Termasuk Khofifah, yang masuk TKN sehingga PBNU menonaktifkannya," tandasnya.
Baca Juga:
'Jatah' IUPK Tambang dari Jokowi Diterima Muhammadiyah, Ini Kata Kementerian ESDM
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.