AS berencana membuat benua Eropa dan Asia penuh sesak dengan F-35. Hal ini menjadi strategi militer sekaligus bisnis menguntungkan bagi AS.
Dengan keberadaan F-35, AS bisa mengkonsolidasikan kekuatan gabungan negara pemakai untuk melawan China dan Rusia.
Baca Juga:
Korut Tembakkan Dua rudal Saat Kapal Selam AS tiba di Korsel
Selain itu mereka juga mendapat keuntungan materil dari penjualan sekaligus perawatan F-35 dalam jumlah banyak.
Beruntung bagi AS, punya teknologi canggih yang dimanfaatkan secara benar untuk mendapat cuan besar.
"Baik Tiongkok maupun Rusia tidak memiliki kapasitas generasi ke-5 yang diluncurkan melalui laut dengan cara yang berdampak besar, dan armada J-20 Tiongkok terbatas pada kemampuan lepas landas di darat.
Baca Juga:
Mengenal Andrey Troshev Calon Bos Tentara Bayaran Wagner Group
Oleh karena itu, bahkan dengan melihat sekilas keseimbangan kekuatan global akan menunjukkan bahwa AS dan NATO tidak dapat ditantang melalui udara, sebuah keadaan yang kemungkinan besar bertanggung jawab untuk mencegah konflik besar dalam beberapa tahun terakhir dan meningkatkan stabilitas global," jelasnya.
Kini setelah ditolak oleh Indonesia, AS mencoba mencari alternatif lain. Mereka tetap pada agenda mendirikan pangkalan militernya di wilayah Asia Tenggara.
Ialah sahabat presiden Indonesia, Sultan Hassanal Bolkiah yang dipepet oleh AS. Sultan Hassanal Bolkiah sudah akrab dengan deretan presiden Indonesia mulai dari zaman Soeharto hingga Jokowi saat ini.