"Kadang kita menjalin koalisi untuk memenangkan
kekuasaan. Tapi kita juga harus siap menjadi oposisi ketika kalah dalam
pertarungan perebutan suara. Di situlah perbedaan Pak Amien dengan pimpinan PAN
saat itu," jelas Nazar.
Loyalis Amien Rais ini menceritakan, saat itu Amien Rais
sebagai patron PAN membuat keputusan berani. Mereka siap beroposisi karena
kalah dalam Pilpres 2019.
Baca Juga:
Ini Daftar Partai yang Dukung Anies dalam Pilpres 2024
"Kita tidak bisa sejalan dalam platform politik,
terutama dalam memperjuangkan aspirasi umat, ya oposisi. Tapi mereka kan maunya
terus berkuasa. Orientasinya kekuasaan dan kekuasaan. Sekali lagi, biarlah
masyarakat yang menilai," terangnya.
"Kalau dahulu merasa benar dan yakin langkah politiknya
sejalan dengan aspirasi konstituen, kenapa takut. Mereka jelas tahu bahwa sikap
konstituen sejalan dengan sikap Pak Amien," katanya.
Diberitakan sebelumnya, Sekjen PAN Eddy Soeparno bercerita
mengenai arah dukungan PAN saat Pilpres 2019. Eddy menyebut PAN sebenarnya
ingin bergabung ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin tapi dijegal Amien Rais.
Baca Juga:
DPD Partai Ummat Sukabumi Optimis Meraih Kursi Terbanyak
"Kejadiannya hari itu dua hari sebelum PAN mengumumkan
pencapresan Prabowo-Sandi sebelum pilpres. Saya bicara dengan Mas Hasto, 'Mas,
kita insyaallah akan bergabung dengan koalisi Mas Hasto.' Tetapi, karena waktu
itu kita diveto, kemudian kita gabung dengan Prabowo-Sandi," kata Eddy
dalam diskusi Para Syndicate, Jumat (28/5).
Eddy mengatakan keputusan memang berada di Ketua Umum
Zulkifli Hasan. Namun, pihaknya menghormati Amien Rais, yang kala itu masih
berada di PAN.
"Waktu itu memang, meskipun Ketua Umum Zulkifli Hasan,
tapi tentu kita mendengarkan tokoh sentral kita, tokoh sentral kita, tokoh
senior kita. Pada saat itu, apa pandangan beliau dan kita betul-betul memang
pandangannya berbeda dengan pandangan pengurus yang lain," ujarnya.