WahanaNews.co | Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa, menunjuk Brigjen Iwan Setiawan sebagai Komandan Jenderal (Danjen) Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Brigjen Iwan Setiawan menggantikan Mayjen Widi Prasetijono yang akan menduduki kursi jabatan Panglima Kodam IV/Diponegoro.
Baca Juga:
Soal Anggota Ribut di Tempat Karaoke, Danjen Kopassus: Kita Selesaikan
Informasi pergantian tongkat komando Danjen Kopassus dibenarkan Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen Tatang Subarna.
"Terkait mutasi jabatan perwira tinggi (pati) di lingkungan TNI AD termasuk di antaranya Danjen Kopassus, memang benar adanya," kata Tatang ketika dikonfirmasi wartawan, Selasa (29/3/2022).
Tatang mengatakan, mutasi tersebut merupakan hal wajar karena diperlukan regenerasi dan pola pembinaan karier prajurit TNI AD.
Baca Juga:
Aksi Gerak Cepat Kopassus Bantu Korban Gempa Cianjur
Ia mengatakan bahwa saat ini belum dilaksanakan serah terima jabatan (sertijab) posisi Danjen Kopassus.
“Saat ini belum dilaksanakan serah terima jabatan. Rilis terkait akan kami sampaikan setelah pelaksanaan sertijab,” imbuh dia.
Sebagai informasi, Brigjen Iwan Setiawan merupakan eks Komandan Resor Militer 173/Praja Vira Braja yang berada di bawah naungan Kodam XVII/Cendrawasih.
Adapun jabatan terakhir Iwan adalah Wakil Kepala Latihan Kepala Staf Angkatan Darat.
Lantas, siapakah Brigjen Iwan Setiawan?
Inilah profil dan sosok Brigjen Iwan Setiawan yang akan menjadi orang nomor satu di Korps Baret Merah, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber:
1. Biodata Brigjen Iwan Setiawan
Dikutip dari wikipedia.org, Iwan Setiawan lahir di Bandung, 16 Februari 1968, sehingga saat ini ia berumur 54 tahun.
Iwan Setiawan adalah lulusan Akademi Militer (Akmil) 1992 dari kecabangan Infanteri (Kopassus).
Saat ini, Iwan Setiawan menjabat sebagai Wakil Asisten Latihan (Waaslat) Kasad bidang Kerjasama Militer (Kermamil).
Ia menduduki jabatan tersebut sejak 13 September 2021, bertepatan dengan mutasi dan promosi yang dilakukan Panglima TNI saat itu, Marsekal Hadi Tjahjanto.
2. Riwayat Jabatan
Dilansir tniad.mil.id, perjalanan karier Iwan Setiawan lebih banyak di Kopassus.
Masih dari wikipedia.org, Iwan Setiawan pernah bertugas di Danyon 22/Grup 2/Kopassus pada 2008.
Kemudian, ia berpindah tugas menjadi Wakil Komandan (Wadan) Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) selama 2012-2013.
Setahun kemudian, Iwan Setiawan mendapat tugas menjadi Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif) 22/Ota Manasa.
Iwan juga sempat dipindahtugaskan menjadi Komandan Pusdikpassus pada 2014-2015 dan Komandan Rindam (Danrindam) Jaya pada 2015-2016 lalu menjadi Komandan Resor Militer (Danrem) 052/Wijayakrama pada 2016-2018.
Iwan Setiawan lantas ditugaskan menjadi Perwira Menengah (Pamen) Detasemen Markas Besar AD Denma Mabesad selama dua tahun, yaitu 2018-2020 dalam rangka mengikuti Pendidikan Lemhannas.
Kemudian, dia dipindahkan sebagai Danrem 173/Praja Vira Braja pada 2020-2021 yang berada di bawah naungan Kodam XVII/Cendrawasih.
3. Pernah Taklukkan Gunung Everest
Jenderal bintang satu tersebut disebut sebagai sosok yang menyukai tantangan.
Iwan Setiawan yang kala itu berpangkat Lettu menjadi pemimpin Tim Selatan dalam penaklukan Gunung Everest pada 1997.
Pendakian ke gunung tertinggi di dunia tersebut digagas oleh Prabowo Subianto yang saat itu menjabat sebagai Danjen Kopassus.
Dikutip dari hot.grid.id, Iwan Setiawan mengaku tak mengetahui apa itu Gunung Everest.
Bahkan, ia tak memiliki pengalaman mendaki gunung.
"Saya pada saat itu belum tahu apa itu Mount Everest. Bayangkan, kita naik gunung aja belum pernah, terutama gunung es," katanya.
"Saat itu saya baru lulus komando, memang masih muda, fisiknya masih bagus. Kemudian ada seleksi untuk pendakian Mount Everest," sambung Iwan Setiawan dalam video di channel YouTube TNI AD.
Iwan mengatakan, bagi Kopassus, tugas adalah segalanya sekaligus merupakan salah satu kehormatan.
Hal tersebut juga berlaku bagi pasukan yang nantinya lolos untuk mengikuti Ekspedisi Everest tahun 1997.
"Alhamdulillah saya menjadi salah satu perwira akademi militer yang lolos dan lulus ekspedisi Mount Everest itu," ujarnya.
Mengetahui dirinya lolos seleksi, Iwan Setiawan pun meminta izin untuk menikahi kekasihnya.
"Saya sebelum berangkat izin dengan Danjen Kopassus untuk menikah. Dan saya diizinkan sebelum berangkat (menikah dulu)," terangnya.
Iwan pun kemudian menceritakan halangan yang dihadapinya ketika mendaki gunung tertinggi di dunia itu.
"Saya baru berjalan 100 meter langsung muntah-muntah. Kaget dan memang tidak siap dengan cuaca dingin," terangnya.
Meski mengalami sakit di awal, Iwan pun tak menyerah karena merasa membawa mandat besar di pundaknya.
"Dan saya satu-satunya perwira Akmil yang memimpin. Tumpuan arah dari Pak Prabowo saat itu, termasuk negara, di mana saya bisa mengibarkan bendera merah putih," paparnya.
Dua hari kemudian, Iwan dan rombongan pun melanjutkan perjalanan. Tak seperti yang diharapkan, Iwan mengalami jatuh bangun.
"Saya terjatuh di ketinggian 8.500 m, begitu terjatuh saya terbayang istri saya sedang hamil besar. Saya berdoa untuk bisa selamat dan bisa kembali melihat istri saya melahirkan," tambahnya.
"Saya berhasil sampai Mount Everest kemudian saya di puncak itu kehabisan oksigen. Bayangkan nggak orang bisa hidup di ketinggian 8.500m dengan suhu minus 50 derajat?" ujarnya.
Berkat kekuatan doa, Iwan dan rombongan pun berhasil selamat dan mengibarkan Bendera Merah-Putih di Puncak Gunung Everest.
"Begitu kembali, berhasil, saya dijemput sama 20 jenderal waktu itu kemudian kita menjadi orang Asia pertama," kisahnya.
"Kemudian dipanggil sama presiden, mendapatkan penghargaan berupa bintang," kata dia.
4. Terima Kembali 2 Anggota KKB Papua
Saat menjabat sebagai Danrem 173/Praja Vira Braja, Iwan Setiawan menerima dua anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) Papua untuk kembali bergabung ke NKRI.
Dua anggota KKB Papua itu berikrar setia ke NJRI di aula Kodim 1709/Yawa.
Iwan Setiawan mengungkapkan, dua anggota KKB Papua tersebut menyerahkan 6 pucuk senjata api rakitan yang terdiri dari 4 pucuk laras panjang, 2 pucuk laras pendek (pistol), 97 butir munisi, 1 buah HT, 4 lembar bendera bintang kejora dan beberapa dokumen.
Mereka tergerak untuk menyerah dan kembali ke NKRI setelah melihat keseriusan pemerintah Indonesia karena telah membangun Papua dan ditambah terlaksananya PON yang sangat megah.
"Sebenarnya mereka sudah begitu lama menyimpan senjata beserta amunisi ini, sebab mereka itu beranggapan Papua akan merdeka," katanya.
"Namun setelah melihat pembangunan dan penyelenggaraan PON di Papua, mereka yakin inilah yang benar bahwa papua sebenarnya dibawah bingkai NKRI," ujar Brigjen Iwan, dilansir korem173-tniad.mil.id.
"Selain itu, penyerahan diri kedua simpatisan ini juga karena ingin mendapatkan kehidupan yang tenang dan tanpa dibayang-bayangi oleh kejaran aparat keamanan," tambahnya. [gun]