WahanaNews.co | Di mata pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago, Ketua DPP PDI-P sekaligus Ketua DPR Puan Maharani menyadari bahwa dirinya sekarang ini mendapat tempat di hati masyarakat Indonesia.
Menurut Pangi, jabatan Puan saat ini sebagai ketua DPR dan jabatan sebelumnya sebagai Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia belum berkontribusi terhadap elektabilitasnya.
Baca Juga:
Bursa Cagub DKI Jakarta Kian Ramai, Muncul Ahok hingga Basuki Hadimuljono
"Puan sebetulnya sadar dan tahu betul beliau belum mendapat tempat di hati rakyat. Jabatan beliau sebagai ketua DPR dan pernah menjadi menteri, belum punya korelasi linear terhadap elektabilitasnya," kata Pangi, melansir dari Kompas.com, Sabtu (14/1/2023).
Menurut Pangi, mesti dipahami bahwa setiap tokoh memiliki chemistry politik yang berbeda-beda.
Misalnya, ada tokoh yang cocok menjadi anggota legislatif, ada yang kemampuannya di eksekutif, dan sebagainya.
Baca Juga:
PDIP Klaim Perolehan Suara Ganjar-Mahfud 33 Persen
Di sisi lain, meskipun sudah menjadi seorang tokoh, ada pula individu yang tidak punya posisi sebagai calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres).
Pangi melanjutkan, pernyataan Puan yang menyebut tak harus dirinya yang menjadi capres dari PDI-P menegaskan, jika pada 2022-2023 tidak terjadi pertumbuhan elektoral, maka harus menyerah tanpa syarat.
"Artinya mempersilakan kader lain yang punya potensi menang untuk maju sebagai capres dari PDI Perjuangan," kata Pangi.
Sementara itu, lanjut Pangi, di kalangan pemilih PDI-P terjadi split-ticket voting terhadap Puan Maharani, yang mana pemilih partai besutan Megawati Soekarnoputri itu cenderung secara signifikan memilih Ganjar Pranowo.
Sebagai informasi, split-ticket voting adalah kondisi saat seorang pemilih memberikan suara untuk kandidat lain dari partai politik.
Namun, menurut Pangi, sebelum nama capres diumumkan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, Puan akan terus berusaha menaikkan elektabilitasnya.
"Puan akan kembali memompa elektoralnya, karena PDI Perjuangan itu tidak boleh hanya satu tokoh yang menonjol, tapi harus punya banyak kader yang menonjol, baik secara kompetensi maupun secara elektabilitas," tambah Pangi.
Diberitakan sebelumnya, Puan Maharani mengatakan tak tahu siapa figur capres yang bakal dipilih ibunya. Hingga kini, hal itu menjadi rahasia yang hanya diketahui oleh Megawati.
Oleh karena itu, Puan sempat tegang saat mendengarkan pidato Megawati, karena banyak menyinggung soal pemimpin perempuan.
"Tadinya sudah deg-degan, aduh siapa nih yang mau disebut, siapa yang mau disebut, kok perempuan terus yang disebut, ya ternyata enggak ada yang disebut," ujar Puan.
Puan lantas meyakinkan bahwa Megawati tak akan memilih capres atas dasar kedekatan, tapi kemampuan.
Maka dari itu, Puan legawa jika bukan dirinya yang dipilih untuk melenggang ke perebutan kursi RI-1. Puan Maharani meyakini bahwa Megawati sudah mempertimbangkan banyak hal sebelum menjatuhkan pilihan.
"Urusannya kemudian bagaimana memunculkan seorang pemimpin untuk bangsa dan negara, dan apakah siapa, bagaimana, pasti Bu Mega punya pertimbangan sendiri. Jadi, bukan berarti harus Puan Maharani," kata Puan. [rgo]