WahanaNews.co | Pemilu 2024 tinggal tiga bulan lagi akan tiba. Seseorang yang telah memiliki hak suara dianjurkan untuk menggunakan haknya memilih calon presiden dan wakil presiden.
Bagaimana potensi suara kaum muda atau pemilih pemula di pemilu 2024 ini?
Baca Juga:
Bawaslu Kulon Progo Gelar Penguatan Kapasitas Pengawas Pemilu Kecamatan untuk Pemilu 2024
Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan generasi muda menjadi penentu utama dalam kontestasi pemilihan kali ini.
Pasalnya, data BPS mencatat mencatat jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 278,70 juta jiwa dan hampir 55 persen merupakan anak muda.
Hal ini merupakan gelombang besar dan sejarah Pemilu Indonesia.
Baca Juga:
Perludem Ungkap Politisasi Bansos Pada Pilkada Tak Semasif Pemilu 2024
Demikian terungkap dalam webinar bertajuk "Suara Muda, Suara Penentu" yang diselenggarakan Apahabar Community, Selasa (31/10/2023).
Pengamat Komunikasi Universitas Gadjah Mada, Nyarwi Ahmad mengatakan, sejauh ini anak muda berpotensi menjadi penentu Pemilu 2024.
Sejauh ini banyak partai yang mengatasnamakan anak muda, dengan menggalang isu-isu terkait anak muda namun sebenarnya kurang menyentuh anak muda secara langsung.
"Misalkan di media sosial. Bila kita tracking isu anak mudanya seputar Gibran. Sangat minim menemukan voice tentang anak muda yang kuat berkaitan dengan suara mereka tentang politik," kata Nyarwi masih dalam webinar Apahabar Community tersebut.
Oleh karena itu, dia mengajak anak muda untuk menjaga momen ini, serta menentukan pemimpin terbaik untuk kemajuan negeri.
"Saya berpikir kalau anak muda tidak memanfaatkan Pemilu kali ini, akan sangat disayangkan, karena tidak menjadi momentum bagi mereka. Perlu menghadirkan anak muda yang punya privilege tertentu dan hadir dalam pemilu, ini menjadi momen mereka," jelasnya.
Sementara, Pengamat Politik Ujang Komarudin menambahkan, dirinya optimis suara anak muda ke depan bisa menjadi sebuah lokomotif perubahan, dengan menempatkan perspektif mereka pada titik bahwa mereka bisa menjadi bagian dari perubahan negeri.
"Waktu muda saat itu saya berpikir tidak ada persoalan bangsa ini yang tuntas. Dalam pergumulan saya saat kuliah politik di UIN, S1, S2. Saya ingin tahu kenapa anak muda anti terhadap politik. Lalu saya temukan bahwa harus berkontribusi bagi bangsa ini, lewat berbagai aspek salah satunya melalui politik,” kata Ujang.
Oleh karena itu, dia berpesan kepada kaum muda agar tidak apatis dengan politik karena dengan langkah itu, perubahan bisa tercapai.
"Bisa kok kita berkontribusi melalui politik. Cuman kesadaran itu belum ada. Nah itu yang harus kita bangun. Ngapaian rebahan, mager, nongkrong,” jelasnya.
“Kita harus membangun perspektif yang baru bahwa kita anak muda yang potensial dibutuhkan bangsa ini untuk berkontribusi bagi bangsa,jika tidak maka yang akan mengisi ruang itu adalah anaknya ketua DPR, anak pejabat, anaknya Bupati saja," katanya.
Salah satu narasumber lainnya, Influencer Ratu Lubis mengungkapkan sebenarnya tidak banyak anak muda yang punya perhatian lebih pada masalah dan isu politik karena mereka sudah apatis dan skeptis.
"Ada dua hal yang membuat politik tidak menarik untuk anak muda yakni skeptis dan apatis. Aku merasa generasi aku itu, skeptis karena siapapun pemimpinnya negara ini akan begitu-begitu saja. Itu adalah masalah yang kompleks dan muncul karena kondisi saat ini," jelas Ratu.
Dia juga melihat ketidakpedulian anak muda karena mereka tidak sepenuhnya yakin bahwa suara anak muda nantinya bisa ikut menentukan perubahan ke arah yang lebih baik.
"Dari sikap skeptis melihat kondisi itu lahirlah sikap apatis, apakah suara kita akan membawa perubahan yang berarti untuk bangsa. Padahal memang dari orang tua aku mengarahkan agar aku menggunakan hakku. Mau milih siapa saja Oke tapi golput bukan pilihan," tutupnya.
[Redaktur: Zahara Sitio]