WAHANANEWS.CO, Jakarta - Musyawarah Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) telah melahirkan era baru dalam tubuh partai berlambang padi dan kapas.
Di bawah kepemimpinan Al Muzzammil Yusuf sebagai Presiden PKS, partai ini bertekad lebih solid, kolektif, dan inklusif.
Baca Juga:
Pemerintah Perluas Cek Kesehatan Gratis ke Sekolah Mulai Juli 2025
Tak hanya menjanjikan penguatan suara pada Pemilu 2029, pengurus baru PKS juga menegaskan komitmen total dalam mendukung Presiden Prabowo Subianto, tanpa melupakan ikatan persahabatan dengan tokoh nasional Anies Baswedan.
Dalam pernyataannya usai Musyawarah Majelis Syura di Jakarta Selatan pada Kamis (5/6/2025)lalu, Al Muzzammil Yusuf menekankan bahwa proses pemilihan presiden partai dilakukan secara e-voting yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Tetapi, tetap mengedepankan rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Pemilihan ini mencerminkan semangat kolektivitas persaudaraan dan demokratis yang menjadi napas utama PKS," ujar Muzzammil.
Baca Juga:
Sinergi Pemerintah dan PSSI: Prabowo Subianto Diangkat Jadi Dewan Kehormatan
Struktur kepengurusan PKS yang baru akan memimpin hingga tahun 2030, dengan komposisi sebagai berikut:
• Ketua Majelis Syura: Mohamad Sohibul Iman
• Wakil Ketua Majelis Syura: Ahmad Syaikhu, Suharna Surapranata, Aunur Rafiq Shaleh Tamhid
• Sekretaris Majelis Syura: Suswono
• Ketua Majelis Pertimbangan Pusat (MPP): Mulyanto
• Ketua Dewan Syariah Pusat (DSP): Muslih Abdul Karim
• Presiden PKS: Al Muzzammil Yusuf
• Sekretaris Jenderal PKS: Muhammad Kholid
• Bendahara Umum: Noerhadi
• Kepala Kantor Staf Presiden (KSP): Pipin Sopian
Muzzammil menyatakan optimisme bahwa kepengurusan baru akan mendongkrak elektabilitas partai pada Pemilu 2029.
Ia mengklaim bahwa capaian pada Pemilu 2024 menjadi pijakan awal yang menjanjikan.
"Alhamdulillah, PKS berhasil meningkatkan suara maupun kursi. Diwakilkan di pusat saja, kami dari 50 kursi menjadi 53 kursi, tentu PKS akan berjuang pada kepengurusan kami," ucapnya.
Meski belum mengungkapkan target spesifik jumlah kursi yang ingin diraih, ia menegaskan sikap optimistis partai.
"Kami harus selalu optimistis, berdoa, dan berikhtiar semoga PKS tetap bisa eksis, bahkan bisa menambah kursinya,” ujar Muzzammil.
Selaras dengan keputusan politik kepengurusan sebelumnya, PKS tetap menyatakan dukungan kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Hal ini ditegaskan kembali oleh Muzzammil saat berbicara di Kantor Dewan Pimpinan Tingkat Pusat (DPTP) PKS pada Sabtu, 7 Juni 2025.
“Jadi, kita berikhtiar, membantu pemerintah, apalagi kita berada di dalam koalisi. Semampu kita, melalui seluruh kader kita, melalui seluruh pejabat publik kita," katanya.
Muzzammil menyebut, PKS akan mengerahkan seluruh kapasitas konstitusional yang dimiliki, termasuk dalam proses legislasi di DPR.
Ia juga menyoroti pentingnya perwujudan keadilan sosial sebagai inti dari amanat Pancasila. Dalam konteks ini, perhatian akan difokuskan pada kelompok masyarakat yang paling rentan.
“Bagaimana pembangunan ini bisa dimulai dari orang yang paling susah. Kalau yang paling susah saja kita angkat, maka yang di atas apalagi,” ujarnya penuh semangat.
Setelah resmi mengumumkan susunan Majelis Syura, Muzzammil menyampaikan rencana untuk mengajak para pengurus baru menemui Presiden Prabowo Subianto.
"Dengan sudah selesainya Majelis Syuro ini, Insya Allah kami akan berdialog dengan Presiden Prabowo Subianto, dengan segala menghormati Prabowo Subianto, dengan menghormati waktu yang tersedia di tengah kesibukan beliau, di tengah hari raya," tuturnya.
Ia memastikan bahwa sebagai bagian dari koalisi pemerintahan, PKS memiliki komunikasi yang terjadwal dengan Presiden Prabowo.
"Majelis Syuro full mendukung koalisi sehingga tidak ada perdebatan tentang koalisi di Majelis Syuro," tegas Muzzammil.
Tak hanya kepada Prabowo, Muzzammil juga memastikan bahwa jajaran kepengurusan PKS akan bertemu dengan Anies Baswedan, tokoh yang pernah mereka usung dalam Pilpres 2024.
"(Tentu akan bertemu) Pak Anies, tokoh Indonesia, saudara kita, saudara PKS," ujarnya.
Dengan peta politik yang kian dinamis, PKS tampaknya ingin bermain di dua kaki secara strategis: mendukung pemerintahan sambil menjaga kedekatan emosional dengan tokoh oposisi.
Apakah ini strategi cerdas atau jebakan politik? Waktu yang akan membuktikan.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]