Mendatang, dijelaskannya, Nomor Induk Kependudukan (NIK) akan terintegrasi dengan Kartu Tanda Penduduk elektronik (KTP-e) yang juga dapat menjadi kartu pajak. Kemudian KTP-e juga nantinya dapat menjadi nomor Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang terintegrasi yang nanti sudah otomatis.
“Nah, kalau sudah seperti ini, ekonomi semakin bagus,” imbuhnya.
Baca Juga:
Putusan MK Beri Kepastian pada Investor, Ekonom Berharap Belanja Modal Meningkat
Esther Duflo Peraih Nobel Terinspirasi SD Inpres Soeharto
Ekonom Lukman Hakim Hasan mengisahkan perihal pertumbuhan ekonomi dunia dengan program pembangunan pemerataan pemerataan di era Presiden Indonesia Soeharto. Yaitu, tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menjadi penelitian profesor dari Departemen Ekonomi Massachusetts Institute of Technology (MIT), Esther Duflo.
Kisah Lukman, Esther Duflo dan suaminya Abhijit Vinayak Banerjee, dan temannya mareka, Michael Kremer meraih penghargaan Nobel dalam bidang ekonomi tahun 2019 untuk kontribusi mereka mengenai kemiskinan global.
Baca Juga:
Heboh Kabar 15 Menteri Jokowi Mundur, Sandiaga Ungkap Situasi Sebenarnya
“Study case-nya Indonesia. Dia itu baru selesai mengambil doktor tahun 1999, 20 tahun kemudian dapat nobel ekonomi yang mengaji kemiskinan Indonesia. Yang dikaji adalah masalah pendidikan,” bukanya.
Lanjut Lukman menyebutkan tentang Esther, Abhijit, dan Michael yang meneliti program pendidikan di era Presiden Soeharto di tahun 1970-an.
“Jadi pada masa orde baru zaman Pak Harto itu ada program yang namanya SD Inpres, ketika saya SD Kelas VI itu saya lihat tiba-tiba ada SD baru di sampingnya. Namanya, SD Inpres. Waktu itu kenapa ada SD Inpres karena anak kecil usia sekolah waktu itu banyak sekali. Presiden Soeharto membuat SD Inpres ada 60 ribu sekolah se-Indonesia karena sekolah adalah cara paling mudah untuk mengurangi buta huruf. Dan memang kemudian, buta huruf berkurang orang dapat membaca, dapat menulis. Orang mampu masuk ke sektor formal,” ungkapnya.