Cita-citanya
adalah mewujudkan "Indonesia
Bahagia" dengan meningkatkan kesejahteraan bersama.
Selain
itu, misi Partai UKM adalah keadilan sosial,
kesejahteraan, ekonomi kerakyatan, kesetaraan ekonomi, kemajuan ekonomi,
persamaan hak, dan
penegakan hukum.
Baca Juga:
Didorong Nyapres di 2024, LaNyalla Mattalitti: Terima Kasih, Partai UKM!
"Warga
Muhammadiyah tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana.
Ya, salah satunya memilih dan ikut terlibat mendirikan
Partai UKM. Tidak tanggung-tanggung,
Sekjennya sendiri adalah
aktivis IMM, bahkan Ketua Majelis Tinggi dan Ketua Dewan Pembinanya
juga eks Ketua Umum
Pemuda Muhammadiyah," terang Anasrullah atau Irul,
yang lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini.
Sementara
itu, Sekjen Partai UKM, Syafrudin
Budiman, mengatakan, partai ini sebenarnya sangat terbuka dan memberikan ruang kepada siapapun, dengan latar belakang apapun, baik dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), Kristen, Katolik, Konghucu, Budha, Hindu, ataupun Aliran
Kepercayaan.
"Selain dari Muhammadiyah, ada juga dari
Nahdlatul Ulama. Kami mendaulat KH Imam Addaruqutni, yang berlatar belakang
Muhammadiyah, sebagai Ketua Majelis Tinggi dan Ketua
Dewan Pembina. Ada juga KH Khairul Fahmi Dasuki, yang berlatar belakang NU, sebagai Anggota Majelis Tinggi dan Sekretaris Dewan
Pembina. Jadi, walau ini partai nasionalis, pentolannya banyak yang religius,
bahkan ada yang Pendeta dan Rohaniawan," jelas pria yang akrab disapa Gus Din ini.
Baca Juga:
Partai UKM Dorong Ketua DPD RI Jadi Capres 2024
Partai
UKM, lanjutnya, memiliki basis massa garapan, yaitu pelaku UMKM, koperasi, dan pedagang pasar.
Selain
itu, Partai UKM pun menampung
aspirasi basis politik perempuan, kalangan milenial, disabilitas, dan media.
"Partai
UKM didirikan untuk menjadi partai kader, bahkan di-setting dan di-planning menjadi
partai besar. Sehingga, Partai
UKM memberikan ruang besar kepada komponen bangsa ini, termasuk warga
Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, untuk
terlibat. Ini adalah partai modern dengan mengedepankan universal etik dan hard moral politik," pungkas Gus
Din, yang juga dikenal
sebagai cicit dari Almarhum
KH Mas Mansur,
Pahlawan Nasional dan eks Ketua
Umum PB Muhammadiyah, asal Nyamplungan
Ampel, Kota Surabaya, Jawa Timur. [qnt]