Khairul menyebut Kaltim relatif aman dari ancaman langsung dan strategis karena berdekatan dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang kerap dilintasi kapal perang asing.
Kondisi tanah kering dan padat di Kaltim mendukung operasi cepat rudal KHAN di atas kendaraan Tatra 8x8 dengan taktik tembak-dan-gerak untuk menghindari serangan balasan.
Baca Juga:
Proyek Strategis IKN: Hutama Karya Pimpin Pembangunan Jalan Kompleks Yudikatif dengan Konsep Futuristik
Ridzwan mengatakan dibandingkan dengan Jawa, Kalimantan menawarkan posisi peluncuran ideal dengan dataran tinggi, jangkauan lebih jauh, dan pengawasan langsung terhadap jalur-jalur maritim penting.
Menurutnya, posisi ini memungkinkan Indonesia merespons cepat perkembangan di Laut China Selatan, meskipun bukan negara pengklaim, karena klaim sembilan garis putus-putus China tumpang tindih dengan ZEE Indonesia di Natuna.
Khairul menilai pembelian rudal KHAN mencerminkan diversifikasi orientasi pertahanan Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang mengurangi ketergantungan pada mitra Barat dan memperluas kerja sama dengan negara seperti Turki dan India.
Baca Juga:
Batas Wilayah Disepakati, MARTABAT Prabowo-Gibran Dukung Otorita IKN Jadi Pemda Khusus Tahun 2028
Sejumlah akuisisi besar, termasuk jet Rafale, F-15EX, KAAN, keterlibatan dalam KF-21 Boramae, penjajakan J-10C, dan rudal BrahMos, menunjukkan arah tersebut.
“Ini merupakan pernyataan strategis Indonesia bahwa pertahanan kawasan akan memasuki babak baru,” ucap Khairul.
Beni mengatakan langkah ini sejalan dengan modernisasi alutsista dan peningkatan interoperabilitas untuk menghadapi ancaman kontemporer.