"Belakangan mulai ada keberanian masyarakat melaporkan presiden dan keluarganya terkait bisnis. Ini harus menjadi lampu kuning karena sekali lagi ini adalah semacam "kutukan periode kedua". Pak SBY juga mengalami pada periode kedua korupsi pejabat partainya terbongkar," kata Fahri.
Terkait kekuasaan di parpol, Fahri menegaskan lebih mungkin disebut mewariskan dinasti kepada orang yang mewariskan partai politik. Namun menurut klaim Fahri, itu tidak dilakukan oleh Jokowi karena ia bukan pimpinan partai politik dan anaknya bukan pejabat teras partai politik tertentu.
Baca Juga:
Soal Hasil Pilpres 2024: PTUN Jakarta Tak Terima Gugatan PDIP, Ini Alasannya
Sementara itu, Fahri mengakui SBY berakhir dengan baik tanpa agenda tambahan yang bermasalah. Tetapi tetap saja mendapat catatan karena SBY yang berusaha menyelamatkan partainya dan mengharuskan dia tetap jadi Ketum Partai Demokrat.
Sekarang partai Demokrat, kata Fahri diwarisi oleh anaknya dan sedikit banyak ada cidera dalam pewarisan, tidak mulus. Ia mengaku sah-sah saja SBY menyelamatkan partai yang ia dirikan, tetapi oleh sebagian kalangan itu menciderai kenegarawannnya. Namun akhirnya semua publik tahu.
"Oleh sebab itu saya membayangkan Pak Jokowi akan berakhir lebih baik daripada presiden yg mewariskan parpol. Ini poin krusial yang harus dipertahankan oleh mereka yang betul2 mencintai Pak Jokowi secara benar, demi keselamatan bangsa dan negara, serta beliau dan keluarganya," tambah Fahri.
Baca Juga:
KPU Labura Verifikasi Berkas Calon Bupati dan Wakil Bupati di Rantau Prapat: Pastikan Dokumen Sah
Lebih lanjut, Fahri mengaku akan mengingatkan Jokowi untuk tidak memberikan jalan kepada pihak-pihak yang mencari perhatian, kekuasaan lebih, serta pengkhianat untuk berada di sekitar kekuasaan selamanya.
Pasalnya, Fahri yakin, dengan watak bangsa Indonesia yang feodal memungkinkan pemilu 2024 diundur terjadi.
"Kita harus waspada agar Pak Jokowi tidak menderita hal yang sama masuk ke lubang permainan yang membuat namanya tercatat buruk ketika berakhir kelak," ucapnya.