“Maka pilihannya diam dan tidak usah ikut-ikutan. Dalam kondisi seperti ini, amal saleh yang pasif itu lebih manfaat, apalagi disaat masa menyebarnya fitnah,” bebernya.
Rektor IAIH Pancor ini melanjutkan, fitnah yang terjadi di tengah masyarakat, bukan hanya saat ini saja. Dikatakan, setelah Nabi Muhammad wafat, fitnah muncul di tengah sahabat.
Baca Juga:
Sugeng Riyanta, Menantang Badai Fitnah Ditengah Misi Kemaslahatan Ummat
Seperti masa Usman bin Affan, muncul provokasi dari orang yang tak mendapat jabatan, mereka menyebut khalifah setelah nabi ini hanya mengangkat orang dekatnya.
“Provokasi ini kemudian membuat orang-orang datang ke istana. Sampai terbunuhlah Sayyidina Usman, manusia yang telah mendapat jaminan dari Nabi Masuk Surga,” bebernya.
Fitnah kemudian kembali menyerang pemimpin berikutnya, masa Ali bin Abi Thalib. Dibunuh oleh seorang yang dikenal saleh, rajin salat malam dan penghafal Quran, namanya Abdurahman bin Muljam. Hanya karena beda pendapat yang bukan rukun agama, kemudian sahabat Nabi Muhamammad dibunuh.
Baca Juga:
Terkait Pencemaran Nama Baik dan Fitnah, Febrica akan Laporkan V ke Polrestabes Medan
“Hati-hati fitnah menyebar, mudaratnya (keburukannya) tak hanya menyerang orang yang dianggap buruk, tapi juga orang yang baik,” tegasnya. [rsy]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.