Kristomei juga menyoroti bahwa kehadiran TNI yang seharusnya membawa pelayanan kesehatan, pendidikan, serta pengamanan pembangunan jalan ke wilayah Hitadipa, justru diputarbalikkan oleh OPM menjadi narasi ancaman.
"Kelompok ini memanipulasi persepsi warga dan menjadikan masyarakat sebagai tameng manusia dalam konflik bersenjata," tambahnya.
Baca Juga:
TNI Sergap Persembunyian OPM di Yahukimo: Dua Tewas, Pistol dan Ladang Ganja Disita
Pernyataan serupa disampaikan Kepala Suku Kampung Sugapa, Melianus Wandegau, yang menilai masyarakat telah tertipu oleh propaganda separatis.
“Kami dijanjikan kesejahteraan oleh mereka (OPM), namun kenyataannya kami hanya dijadikan alat dan pelindung dari serangan. Warga dijadikan tameng untuk melawan TNI,” ujar Wandegau.
Komentar dari tokoh lokal ini, menurut Kristomei, menjadi bukti bahwa TNI menjalankan misinya dengan niat melindungi rakyat, bukan untuk menebar ketakutan.
Baca Juga:
OPM Tembak Prajurit TNI Saat Mengantarkan Obat, TNI: Tak Ada Ampun!
Dalam keterangan resmi, TNI menyebut bahwa operasi tersebut menargetkan kelompok separatis di bawah komando Daniel Aibon Kogoya, Undius Kogoya, dan Josua Waker, nama-nama yang dikenal sebagai pimpinan jaringan kekerasan di Intan Jaya.
Pascaoperasi, dua wilayah yang sebelumnya rawan, yaitu Sugapa Lama dan Kampung Bambu Kuning, kini dinyatakan steril dari keberadaan OPM.
Seluruh personel TNI dalam operasi ini dipastikan dalam kondisi aman.