WahanaNews.co | Keinginan Brigadir J atau Nofriansyah Yoshua Hutabarat mempertemukan ibunya Rosti Simanjuntak dengan keluarga Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo tidak terlaksana.
Rosti menolak bertemu dengan keluarga jenderal polisi bintang dua itu.
Baca Juga:
Kasus Kematian Vina-Eki Cirebon: Komnas HAM Rekomendasi Polri Evaluasi Polda Jabar-Polres
Bukan tanpa alasan, Rosti menolak keinginan anaknya itu karena malu ketika harus bertemu Ferdy Sambo dan istri. Cerita itu disampaikan Rosti saat menangisi jasad anaknya Brigadir Yoshua yang sudah terbujur kaku di dalam peti jenazah.
Momen itu diabadikan Rohani Simanjuntak, adik dari Rosti melalui fitur siaran langsung di akun Facebooknya pada 11 Juli 2022. Ketika berbicara Rosti menggunakan bahasa Batak.
"Kau panggilnya mamak ke Jakarta. Disuruh Bapak sama Ibu, mamak ke Jakarta," kata Rosti, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Pemantauan Kasus Vina dan Eki Dirampungkan Komnas HAM
Agar bisa bertemu dengan Ferdy Sambo, Rosti menyebut anaknya itu bersedia membelikannya tiket pesawat ke Jakarta. Lagi-lagi permintaan anaknya itu harus ditolaknya.
"Kubelipun tiketmu kau bilang nak, kujawab waktunya nggak bisa nak. Terus kau berkata Bapak sama Ibu pengen melihat mamak," katanya menirukan dialog bersama anaknya waktu itu.
"Tetapi kujawab, malu aku nak, kita orang miskin. Kita orang miskin," katanya sembari menitikan air mata.
Ketika itu, anaknya mencoba membesarkan dan melapangkan hatinya agar tidak terlalu memusingkan hal tersebut.
"Nggak usah mamak pikirkan itu," katanya menirukan ucapan Brigadir J.
Karena tidak bisa memenuhi keinginan anaknya itu, Rosti merasa menyesal.
"Seandainya ku turut keinginanmu. Kalau sudah berat kau rasakan, kenapa kau tidak pamit sama ibu dan bapak. Tetapi kau pertahankan untuk mengawal," ujarnya.
"Orang yang menderita ini, anakku yang tahu diri ini. Karena penderitaan inilah anakku berjuang agar ada meninggikan namaku. Tetapi pada akhirnya kau meninggal. Menjerit histeris kau nak, entah apa yang dipikirkan orang jahat itu yang tidak bisa melihat anakku berhasil," sambungnya.
Brigadir Yoshua (sebelumnya ditulis Brigadir Yosua) tewas dalam baku tembak dengan sesama anggota polisi, Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Jumat (8/7) pekan lalu.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membentuk tim khusus untuk mengusut kasus ini. Tim khusus ini dipimpin Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.
Komnas HAM dan Kompolnas turut disertakan dalam tim khusus itu. Dia memastikan proses penyelidikan, penyidikan, hingga temuan terkait kasus itu akan disampaikan transparan dan periodik sehingga menjawab keraguan publik. [qnt]